Mohon tunggu...
Shishi Amelia
Shishi Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Saya adalah Mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta yang sedang menjalani program studi Pendidikan Sosiologi angkatan 2023.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Persoalan Stunting di Indonesia

26 Oktober 2023   03:34 Diperbarui: 26 Oktober 2023   03:54 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Shishi Amelia

Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta

Sisyamel9@gmail.com

PENDAHULUAN

            Permasalahan stunting adalah permasalahan yang sedang terjadi di Indonesia, permasalahan ini begitu kompleks sehingga perlu kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam penganggulangan persoalan ini. Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia menjadi negara dengan beban anak stunting tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia.

            Stunting adalah kondisi ketika seorang anak mengalami kurang gizi dan nutrisi kronis yang ditandai tinggi badan anak lebih pendek dari standar anak seusianya. Beberapa di antaranya mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal seperti lambat berbicara atau berjalan, hingga sering mengalami sakit. Stunting terjadi jika adanya kekurangan asupan gizi anak pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Pertumbuhan otak dan tubuh berkembang pesat pada 1000 HPK yang dimulai sejak janin hingga anak berumur dua tahun. Penentuannya indikasi seorang anak biasanya dilakukan dengan menghitung berat badan menurut umur (BB/U).

Tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang didasari dengan standar deviasi unit z (Z- score) <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/ stunted) dan <-3 SD (sangat pendek / severely stunted). Seorang anak dikatakan stunting apabila skor Z-indeks TB/U- nya di bawah -2 standar deviasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017). Pemenuhan gizi selama masa HPK sangat penting agar tumbuh kembang anak dapat optimal. Kebiasaan tidak mengukur tinggi atau panjang badan balita di masyarakat menyebabkan kejadian stunting sulit disadari. Stunting bukan hanya sekadar masalah statistik, melainkan merupakan cerminan dari kondisi sosial, ekonomi, dan kesehatan yang memengaruhi kehidupan anak-anak di Indonesia.

            Hasil dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukan adanya penurunan prevalensi menjadi 27,67 persen pada tahun 2019 dari 30,8 persen pada tahun 2018. Data ini turun sekitar 6% ditahun 2022 sebesar 21,1%. Walaupun demikian angka ini masih digolongkan tinggi sesuai dengan standar WHO yang menetapkan kemaksimalan pada 20 persen. Angka ini menunjukkan satu dari lima anak Indonesia mengalami stunting yang artinya sekitar 6,3 juta anak di Indonesia mengalami indikasi ini (Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, 2023).

Keluarga menjadi aktor kunci dalam mengatasi sebab-sebab stunting tersebut. Keluarga mesti memiliki kesadaran untuk memprioritaskan pemenuhan asupan gizi dan pengasuhan anak secara layak, termasuk menjaga kebersihan tempat tinggal dan lingkungan. Anak stunting memiliki badan dan otak yang stunting. Anak stunting memiliki kehidupan yang stunting pula (Wakil Presiden K.H. Ma'ruf Amin, 2023).

            Akan hal ini perlu dilakukannya analisis faktor-faktor penyebab serta dampak yang diharapkan akan mendorong upaya pemerintah serta masyarakat menjadi lebih efektif dan terkoordinasi dalam mengurangi tingkat stunting dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak Indonesia hingga mencapai target penurunan stunting di tahun 2024.

ISI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun