Sarah terkejut dan menoleh pada si pemilik suara. Pemuda itu!
“Eh, anu, ga, ga perlu, terima kasih!” ujar Sarah cepat-cepat. Lalu bergegas melangkah. Pemuda itu malah menjejeri langkahnya.
“Kok buru-buru sekali? Takut ya, sama saya? Jangan kuatir, saya bukan penjahat kok,” senyum pemuda itu.
“Bukan itu, saya ditunggu Ibu,” elak Sarah.
“Ibunya galak ya?” ledek pemuda itu. Sarah mendelik sebal. Cakep sih cakep, tapi kalau berani-berani ngatain Ibu, awas!
“Ibu saya galak kalau sama pemuda ga tau sopan santun aja!” ucap Sarah judes.
“Hehehe, maaf Neng, bukan bermaksud ga sopan, cuma pengen kenalan aja, boleh ga?”
“Maaf, saya buru-buru,”ujar Sarah mengabaikan pemuda di depannya. Bergegas ia menuju rumah yang tinggal beberapa langkah. Dilihatnya sebuah mobil mewah keluaran tahun terbaru parkir tepat di depan pagar rumahnya. Keluarga Pak Ridwan sudah datang rupanya. Sarah menghela napas bersiap menghadapi apapun itu yang akan mengubah jalan hidupnya.
Ketika ia membuka pagar, seorang lelaki seusia Bapak nampak keluar dari rumah.
“Ooo, ini pasti Nak Sarah, ya?” ujar lelaki itu. Sarah mengangguk dan tersenyum. Ia melihat Ibu dan Bapak keluar dari rumah bersama seorang wanita yang adalah istri Pak Ridwan. Tapi Sarah tak melihat sosok lelaki yang seharusnya adalah Firdaus.
“Mas, itu Firdaus kemana sih? Ini Nak Sarah sudah pulang, dia malah ngeluyur ga tau kemana!” seru istri Pak Ridwan seraya menghampiri Sarah, “Maaf ya, Nak Sarah, ini si Firdaus, kumat isengnya. Di suruh nunggu di dalam sama kita, tadi begitu sampai disini malah maunya jalan-jalan dulu. Dari tadi belum kembali,”