Dalam hati Sarah menggerutu,”Belum apa-apa sudah doyan ngeluyur!”
“Biar aku cari dulu si Firdaus, kalian masuk saja ke rumah,” ujar Pak Ridwan. Baru beberapa langkah, terdengar suaranya kembali.
“Naaah, ini dia orangnya! Kamu itu kemana sih, kami menunggu kamu dari tadi!”
Sarah menoleh ke pagar dan dilihatnya pemuda berandal itu berdiri di sana, tersenyum pada Pak Ridwan dan pada semuanya. Ketika matanya menangkap wajah Sarah yang penuh tanya, senyumnya makin lebar.
“Tadi Daus jemput bidadari hati Daus, Pa, tapi sayang, bidadarinya sedang terburu-buru,” ujarnya.
Sarah melongo di tempatnya berdiri. Jadi…jadi..pemuda yang kata Ibu berandalan itu ternyata si Firdaus??? Katanya dia sekolah di Amerika? Apa pula maksudnya bergabung dengan anak-anak di ujung gang itu setiap hari?
“Maaf ya, Bapak dan Ibu Hamid, memang Firdaus ini suka iseng. Dia maksa mau mengenal Sarah lebih dekat dulu sebelum melamar. Jadi sudah beberapa lama ini dia mondok di rumah temannya dekat sini sepulang dari Amerika. Kemarin katanya dia sudah mantap mau meminang Sarah, jadi kami ya kesini sekarang,” ungkap Pak Ridwan.
Sarah masih melongo. Tak percaya bahwa pemuda dengan suara indah saat melantunkan adzan itu adalah Firdaus. Lelaki yang sudah siap ditolaknya bila hatinya tak berkenan.
Tiba-tiba dari belakang mereka terdengar seruan Bapak. Sarah menoleh dan mendapati Ibu pingsan di pelukan Bapak!
##########
“Wahai Bidadari berjilbab ungu, dirimu pujaanku selalu