Seorang guru bahasa inggris pada contoh kalimat sederhana di atas setidaknya mengajarkan 2 hal, dengan pendekatan yang praktis bukan teoritik.
a. Pengucapan yang benar
b. Susuanan SPOK yang benar.Â
untuk penggunaan 2 atau lebih kata berimbuhan pada bahasa indonesia. Dimana kata tersebut sepadan dengan 1 kata tanpa afiks (imbuhan) Â di bahasa inggris, Tak perlu diteorikan. Cukup dijelaskan maknanya (lih contoh berjalan dan memperjalankan).Â
Ketika kita mengajarkan suatu bahasa inggris kepada anak-anak SD, sebetulnya kita memperkenalkan dua petak puzzle yang tiap petak puzzlenya memiliki aturan yang berbeda, tetapi endingnya akan terbentuk gambar yang sama. Karena itu Guru local yang menguasai bahasa ibu akan lebih baik mengajar bahasa inggris untuk anak Negeri ini. Secara tidak langsung mereka memperkenalkan perbedaan-perbedaan bahasa tanpa harus dijelaskan secara teoritik tapi praktis.
Sebagai kesimpulannya  dua bahasa tersebut akan bermuara pada makna yang bisa ditemukan kesepadanannya walau secara sistim (proses) membetuknya berbeda. Semua bahasa di dunia juga berlaku hal yang sama.
D. Kondisi Anak dan Permasalahan Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Siswa SD
I. Belajar Bahasa Inggris tetapi Lingkungan Kurang Mendukung
Persoalan umum yang dihadapi dalam pendidikan bahasa inggris kita adalah kurang tersedianya lingkungan yang bisa membuat siswa-siswi kita bisa menyerap dan berinteraksi.
Sebagai gambaran, Ketika anak-anak kita masih kecil, mereka memperoleh pengetahuan bahasa ibu secara autodidak. Penutur sekitar mengucapkan dengan dialek yang khas, penutur memberikan koreksi bila dalam pengucapannya keliru. Disamping itu bilamana ada penyusunan kalimatnya yang aneh, penutur bisa memberikan koreksi pada anak tersebut. Â Idealnya Anak/ Siswa yang sedang belajar bahasa inggris harus demikian.
Lalu bagaimana dengan siswa-siswi  tingkat SD dalam belajar bahasa inggris, apakah mendapatkan hal yang sama?  Peran guru untuk menyampaikan koreksi bahasa jika diibaratkan dalam kehidupan keluarga adalah seperti orang tua yang memberikan koreksi terhadap putra tersayangnya.Â
Jika kelas diibaratkan sebagai pembelajaran lintas bahasa, maka guru adalah  role model dari penutur asli bahasa tersebut. Ia juga menguasai perbedaan  - perbedaan dalam dua bahasa (bahasa Indonesia dan bahasa inggris) dalam hal ini pada kalimat sederhana.
 Ia mengedukasi agar nantinya siswa tidak merasa asing. Dalam hal ini merasa asing untuk mengucapkan karena terbiasa mengucapkan 'kalimat bahasa indonesia'. tidak asing terhadap kata kerja bahasa inggris yang tidak mendapatkan imbuhan.