Pemerintah tentu menginginkan harga yang tidak merugikan petani dan masyarakat. Ketika masyarakat tidak mampu untuk membeli cabe, khususnya warung, resturan dan hotel, tentu hal itu akan menghambat usaha mereka. Apalagi makanan pedas adalah makanan yang menjadi ciri khas masakan Indonesia.
Bagi Petani
Petani menginginkan, hitungan faktor produksi dan hasilnya, tidak minus atau rugi. Namun kenyatannnya, perbandingan lamanya harga cabe yang naik dan harga yang turun. Bagi petani cabe, menurut hitung-hitungan kebahagiaan, lebih banyak menderita, karena hanya merasakan 4.000.000 setiap 6 bulan, untung bersihnya 2.9 juta. Lebih dominan (bertahun-tahun) merasakan itu.
Ya itu sih hanya dari cabe, tentu mereka cari lain agar tetap bertahan hidup, semoga saja petani kita tetap bisa survive. Harapan mereka, pemerintah memberikan intervensi terhadap harga pasar, atau intervensi dalam bentuk pengolahan produk makanan yang bisa dijual, sehingga harga bisa dihitung secara rasional.
Bagi Warung dan Resturan
Kebalikan dari yang dirasakan petani, perbandingan lamanya merasakan harga bahan baku cabe yang murah, tentu warung dan resturan masih menikmati masa bahan baku cabe yang lebih lama.Â
Asumsi tersebut disimpulkan dari logika kebalikan dari yang dirasakan petani, stok yang melimpah sebelum-sebelumnya dan harga eceran cabe di penjual keliling yang cenderung lebih banyak stabil, simplenya demikian.
Satu hal lagi yang perlu kami sampaikan, sebab harga cabe naik tajam jika diteliti lebih dalam, karena alam (cuaca) yang kurang bersahabat untuk di musim hujan kali ini.Â
Curah hujan yang ekstrim akan membuat cabe banyak yang mati. Kita juga tidak tahu apakah banyak cabe yang mati dan jumlah panen yang sedikit tapi harga melangit juga membuat petani menjadi senang? Kalau hemat saya bisa jadi demikian.Â
Kesimpulan:
Tidak stabilnya harga cabe, kalau dihitung secara rasional masih belum adil bagi petani. Walaupun momen-momen tertentu harganya fantastis. Mungkin kali ini faktor alam (cuaca) yang buruk yang membuat harga naik, tetapi haruskah petani cabe menunggu momen-momen seperti ini, rasanya tidak elok juga karena cuaca buruk juga tidak memberikan keseimbangan bagi manusia yang lain.Â