Katanya aku sempurna, tapi nyatanya tidak. Katanya aku selalu beruntung, tapi nyatanya selalu sial. Katanya aku akan bahagia, tapi nyatanya selalu menderita. Ucap orang-orang yang tidak mengetahui alur kehidupan ku.
Sepertinya, kebahagiaan tidak akan pernah dirasakan lagi oleh Salma. Kehilangan salah satu anggota tubuh menjadikannya menderita. Semua rasa cinta dan kasih sayang orang tuanya kini telah berganti dengan rasa benci.
Sakit rasanya ketika harus menerima takdir yang tidak di inginkan. Bukan salahnya, namun ia harus tetap menerimanya.
"Tadi Ibu bilang padaku bahwa Kakak harus membereskan rumah dulu sebelum bekerja." Ucap perempuan yang mirip dengan Salma.
Dia adalah Silmi, saudari kembar Salma yang kini menjadi anak kesayangan orang tuanya.
Salma hanya memiliki satu saudari kandung, yaitu Silmi. Keduanya lahir bersama dengan hanya selisih 5 menit. Salma lahir pertama disusul Silmi setelahnya.
Dahulu, keduanya menjadi kebanggaan Ibu dan Ayah. Kedua Kakak Beradik ini memiliki keahliannya masing-masing, Salma yang senang memasak dan Silmi yang senang melukis.
Sejak usia remaja, keduanya sudah bisa menghasilkan uang berkat kegemarannya. Salma sering mengikuti kontes memasak anak-anak, sedangkan Silmi sering ditunjuk untuk mewakili sekolahnya dalam ajang melukis.
Dari sekolah dasar, sampai masuk sekolah menengah atas keduanya selalu bersama.
Sampai pada akhirnya kejadian tak terduga menimpa Salma dan membuat hidupnya berubah 180 derajat.
Salma mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju kampusnya. Naas, kaki sebelah kanannya harus diamputasi karena sudah hancur akibat insiden yang menimpanya. Salma juga harus bisa menerima, bahwa ternyata mata sebelah kirinya mengalami kebutaan.