Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tentang Kehilangan dan Penerimaan dalam Film Perayaan Mati Rasa

1 Februari 2025   07:00 Diperbarui: 31 Januari 2025   20:00 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)

Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)
Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)

Di tengah gejolak emosional yang Ian rasakan, ia harus mengambil keputusan untuk keluarganya. Di saat yang bersamaan, Ibunya terkena serangan jantung dan Ayahnya dikabarkan tenggelam di Laut Jepang. 

Ian yang sedari kecil merasa kurang mendapatkan kasih sayang dari Ayahnya karena tuntutan pekerjaan Sang Ayah sebagai Nahkoda, membuat Ia merasa tidak siap dengan kondisi yang sekarang ia hadapi. Tidak pernah ada pelajaran hidup tentang menghadapi kondisi ini dari kedua orangtuanya. Namun ia harus mengambil sikap demi anggota keluarga yang tersisa, Ibu dan Adiknya.

Menonton film Perayaan Mati Rasa seolah diajak berdendang dengan musik-musik yang dibawakan oleh Midnight Serenade. Musik memiliki peran krusial dan porsi yang banyak di film ini. Penonton diajak untuk merasakan emosi tokoh utama lewat musik yang ia bawakan. Dan itu memang berhasil membuat penonton ikut tersentuh.

Secara visual, film Perayaan Mati Rasa menyuguhkan kontras yang membuat penonton nyaman sepanjang menonton suguhan ini. Pilirhan warna yang hangat, lalu tajam, dan malah memudar. Semua seolah ingin menunjukkan bahwa dalam hidup memang seperti itu. Kalau berbicara soal visual, nampaknya Sinemaku Pictures tidak pernah gagal untuk mengetahui selera anak muda.

Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)
Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)

Peran Dwi Sasono sebagai Ayah dari Ian dan Uta menjadi peran yang paling cemerlang dan berhasil. Ya, memang perkara jam terbang tak dapat dipungkiri lagi. Mengingat perjalanan karier Dwi Sasono sudah beragam memerankan karakter yang berbeda-beda. Dari yang biasa, sampai yang unik. 

Lewat film Perayaan Mati Rasa, Dwi Sasono menggambarkan sosok Ayah yang begitu menyayangi keluarganya. Selalu romantis kepada istrinya, dan berusaha hadir dalam setiap momentum anak-anaknya dengan cara apapun. Walau hanya mengabadikan lewat kamera yang ia bawa saat di laut. Gambaran ini justru bertolak belakang dengan perasaan yang Ian rasakan. Justru Ayahnya selalu berusaha ada dan begitu bangga kepada anak-anaknya, termasuk Ian.

Iqbaal Ramadhan juga cukup berhasil menampilkan pergulatan emosional yang dirasakan Ian. Adegan menangis dalam hening menjadi adegan paling menakjubkan dari sepanjang perjalanan kariernya di dunia film. Tidak ada lagi embel-embel Dilan yang melekat pada dirinya. Meski di beberapa adegan tidak terlalu sempurna.

Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)
Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)

Ada beberapa adegan yang terasa terlalu panjang yang membuat penonton menunda emosinya untuk keluar begitu dahsyat. Padahal jika adegan pamungkas cepat disampaikan, sepertinya penonton akan jauh lebih pecah mengeluarkan air matanya. Apalagi perihal label musik yang memanfaatkan tragedi keluarga Ian. Terasa terlalu kaku penyampaiannya dan tiba-tiba muncul ke permukaan tanpa tingkat emosi yang maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun