Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Tentang Kehilangan dan Penerimaan dalam Film "Perayaan Mati Rasa"

1 Februari 2025   07:00 Diperbarui: 5 Februari 2025   11:58 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)

Siapa yang sudah menantikan film Perayaan Mati Rasa? Atau mungkin sudah tidak sabar menyaksikan kembali visual Iqbaal Ramadhan dengan layar yang besar? Ya, penantian usai setelah film Perayaan Mati Rasa rilis di seluruh bioskop Indonesia pada 29 Januari 2024. Film yang bisa membuat seluruh penonton air mata bercucuran air mata.

Tidak lain dan tidak bukan adalah buah karya dari Umay Shahab yang selalu berhasil menyita banyak perhatian penonton. Aktor cilik yang kini sudah berusia matang memang sudah memberanikan terjun di belakang layar. Sebagai produser, sutradara, dan penulis naskah. Semua profesi dalam dunia film terlihat diborong oleh pria yang berusia 23 tahun ini.

Karya-karya dari Umay Shahab beserta partnernya di Sinemaku Prictures, yaitu Prilly Latuconsina, memiliki karakter sebagai identitas karya mereka.

Duet maut aktor dan aktris cilik ini terbilang berhasil memberikan warna baru di dunia film dengan cerita yang relatable dengan kondisi anak muda zaman now. Sedih, menyentuh, dan tentunya memberikan pesan moral yang berarti.

Kali ini, Umay tidak hanya bermain di belakang layar saja. Ia turut mengambil peran sebagai salah satu tokoh penting dalam karyanya. Film Perayaan Mati Rasa kembali mempertemukan Umay dengan Iqbaal Ramadhan. Di mana sebelumnya mereka terlibat dalam film Mencuri Raden Saleh di tahun 2022. 

Iqbaal juga turut berkontribusi di belakang layar film Perayaan Mati Rasa. Tidak hanya sekadar menjadi peran utama, ia mengawali kariernya sebagai produser eksekutif. Sebuah kolaborasi yang dinantikan banyak penonton. Kolaborasi antara Umay, Prilly, dan juga Iqbaal Ramadhan.

Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)
Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)

Sebenarnya, film Perayaan Mati Rasa hampir memiliki ide cerita yang sama seperti projek mereka sebelumnya. Film Ketika Berhenti di Sini yang tayang pada 2023 lalu dengan Prilly sebagai pemeran utamanya. Persamaannya adalah tentang kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup.

Lalu bagaimana tokoh utama menerima kematian itu menjadi ketulusan dan keikhlasan yang indah. Namun bedanya, sudut pandang dari pemeran utama yang berbeda, antara perempuan dan laki-laki. Lalu juga tentu latar belakang yang berbeda.

Film Perayaan Mati Rasa menceritakan tentang Ian yang diperankan oleh Iqbaal Ramadhan. Ian adalah seorang musisi indie dengan band bernama Midnight Serenade. Rekan di bandnya ada Ray Alvero yang diperankan Devano Danendra, Saka Wijaya diperankan Dul Jaelani, dan Dika Ardana diperankan oleh Randy Danistha.

Musik menjadi tempat Ian meluapkan emosinya. Dengan lirik yang tajam, seolah mewakili perasaan Ian lewat lagu-lagu yang ia ciptakan untuk Midnight Serenade.

Namun tidak mudah bagi Ian dan kawan-kawan untuk bisa bersaing dengan band indie lainnya. Meski mereka sering mengikuti audisi band, sejauh ini tak pernah membuahkan hasil yang berarti.

Di tengah kegelisahan bandnya yang tak kunjung populer, Ia menyimpan perasaan yang begitu dalam tentang keluarganya. Ia merasa kalah jauh dengan adiknya, Uta Antono yang diperankan oleh Umay Shahab. 

Uta adalah seorang podcaster sukses dengan followers yang banyak. Menjadi kebanggan orang tua mereka. Sedangkan Ian, merasa tidak berarti dan tak mendapatkan pengakuan dari keluarganya.

Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)
Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)

Di tengah gejolak emosional yang Ian rasakan, ia harus mengambil keputusan untuk keluarganya. Di saat yang bersamaan, Ibunya terkena serangan jantung dan Ayahnya dikabarkan tenggelam di Laut Jepang. 

Ian yang sedari kecil merasa kurang mendapatkan kasih sayang dari Ayahnya karena tuntutan pekerjaan Sang Ayah sebagai Nahkoda, membuat Ia merasa tidak siap dengan kondisi yang sekarang ia hadapi. Tidak pernah ada pelajaran hidup tentang menghadapi kondisi ini dari kedua orangtuanya. Namun ia harus mengambil sikap demi anggota keluarga yang tersisa, Ibu dan Adiknya.

Menonton film Perayaan Mati Rasa seolah diajak berdendang dengan musik-musik yang dibawakan oleh Midnight Serenade. Musik memiliki peran krusial dan porsi yang banyak di film ini. Penonton diajak untuk merasakan emosi tokoh utama lewat musik yang ia bawakan. Dan itu memang berhasil membuat penonton ikut tersentuh.

Secara visual, film Perayaan Mati Rasa menyuguhkan kontras yang membuat penonton nyaman sepanjang menonton suguhan ini. Pilirhan warna yang hangat, lalu tajam, dan malah memudar. Semua seolah ingin menunjukkan bahwa dalam hidup memang seperti itu. Kalau berbicara soal visual, nampaknya Sinemaku Pictures tidak pernah gagal untuk mengetahui selera anak muda.

Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)
Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)

Peran Dwi Sasono sebagai Ayah dari Ian dan Uta menjadi peran yang paling cemerlang dan berhasil. Ya, memang perkara jam terbang tak dapat dipungkiri lagi. Mengingat perjalanan karier Dwi Sasono sudah beragam memerankan karakter yang berbeda-beda. Dari yang biasa, sampai yang unik. 

Lewat film Perayaan Mati Rasa, Dwi Sasono menggambarkan sosok Ayah yang begitu menyayangi keluarganya. Selalu romantis kepada istrinya, dan berusaha hadir dalam setiap momentum anak-anaknya dengan cara apapun. Walau hanya mengabadikan lewat kamera yang ia bawa saat di laut. Gambaran ini justru bertolak belakang dengan perasaan yang Ian rasakan. Justru Ayahnya selalu berusaha ada dan begitu bangga kepada anak-anaknya, termasuk Ian.

Iqbaal Ramadhan juga cukup berhasil menampilkan pergulatan emosional yang dirasakan Ian. Adegan menangis dalam hening menjadi adegan paling menakjubkan dari sepanjang perjalanan kariernya di dunia film. Tidak ada lagi embel-embel Dilan yang melekat pada dirinya. Meski di beberapa adegan tidak terlalu sempurna.

Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)
Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)

Ada beberapa adegan yang terasa terlalu panjang yang membuat penonton menunda emosinya untuk keluar begitu dahsyat. Padahal jika adegan pamungkas cepat disampaikan, sepertinya penonton akan jauh lebih pecah mengeluarkan air matanya. Apalagi perihal label musik yang memanfaatkan tragedi keluarga Ian. Terasa terlalu kaku penyampaiannya dan tiba-tiba muncul ke permukaan tanpa tingkat emosi yang maksimal.

Pada intinya, yang membuat film ini berhasil membuat haru adalah jalan ceritanya. Siapa yang tidak menangis kalau berbicara tentang kematian orang tua? Semua anak sepertinya akan terenyuh dan tersayat dengan kehilangan yang mendadak ini. Apalagi ketika akan belum merasa mendapatkan pencapaian apa-apa. Yang tersisa hanyalah penyesalan-penyesalan.

Sebenarnya film ini adalah film keluarga yang menyentuh. Bagaimana sosok Ayah yang berjuang untuk keluarganya. Bagaimana seorang Istri selalu menunggu kepulangan suaminya. Bagaimana seorang kakak laki-laki tertekan dengan keadaan untuk harus selalu menjadi panutan bagi adiknya. Dan bagaimana seorang adik yang harus selalu mengikuti arahan dari kakaknya.

Film Perayaan Mati Rasa mengajak penonton untuk menghargai momen-momen berharga bersama orang-orang terkasih, karena sejatinya akan tiba waktunya untuk berpisah, dan itu bisa datang kapan saja. Komunikasi terbuka tentang perasaan masing-masing anggota keluarga menjadi PR penting dalam setiap keluarga. Sampai akhirnya penonton diajak untuk melihat perjalanan Ian dalam merayakan mati rasa yang ia rasakan dengan penuh keikhlasan.

Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)
Film Perayaan Mati Rasa (2025). (Sumber: IMDb)

"Melepaskan adalah bentuk paling tulus dalam mencintai." Ya, kata-kata Ian itu menjadi pengingat bahwa dengan melepaskan kepergian seseorang yang sangat penting dalam hidup ini menjadi bentuk cinta paling tulus. Tidak merelakan hanya membawa bumerang yang bisa pecah kapan saja. Termasuk menyakiti orang-orang di sekitar.

Dengan durasi 2 jam 5 menit, film Perayaan Mati Rasa berhasil menyampaikan pesan tentang perjalanan menyembuhkan luka. Yang paling penulis sukai adalah pesan tentang tidak apa-apa menjadi seseorang yang tidak sempurna, memiliki banyak kekurangan. Karena terkadang, tidak ada satu orang pun yang menuntut untuk selalu sempurna. Justru isi kepala sendiri yang menuntut kesempurnaan. 

Mungkin dengan menonton film Perayaan Mati Rasa, penonton juga turut merayakan mati rasa yang selama ini dirasakan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun