Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Anak Sulit Diatur? Coba Terapkan Hypnoparenting!

2 Oktober 2024   18:00 Diperbarui: 3 Oktober 2024   11:38 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua menerapkan hypnoparenting. (Sumber: FREEPIK via kompas.com) 

Anak yang sulit diatur menjadi permasalahan seluruh orang tua di dunia ini. Apalagi ketika anak memasuki usia yang sedang aktif-aktifnya.

Lari ke sana-sini, menaiki anak tangga berulang-ulang, mencoret-coret tembok rumah, melempar mainannya, dan aktivitas lainnya yang dilakukan oleh anak tapi membuat orang tua kesal melihatnya.

Orang tua tidak ingin sang buah hati terancam keselamatannya. Memberikan proteksi lebih agar anak terlindungi dari segala gangguan yang mungkin saya menimpanya. Tentu niatnya baik, yaitu agar anak selalu baik-baik saja.

Namun terkadang sikap orang tua dalam menanggapi itu semua kurang bijak. Berakibat pada tumbuh kembang anak yang bisa mengarahkan pada karakter kurang baik.

Misalnya anak berkali-kali mencoret-coret tembok rumah. Alhasil, kondisi rumah berantakan karena tembok yang mulanya bersih, kini terisi penuh dengan coretan. Coretan tidak jelas yang tak berupa. Garis lurus, melengkung, lingkaran, dan coretan lainnya yang anak buat.

Melihat itu semua, banyak orang tua yang memilih untuk melarang anak melakukan aksi tersebut. Tak jarang disertai dengan ancaman bernada tinggi agar anak takut untuk mengulanginya lagi.

Alasan orang tua memang ada baiknya. Khawatir anak terjatuh saat mencoret tembok karena tumpuan kaki anak belum sepenuhnya kuat. Alasan lainnya begitu risih melihat tembok rumah yang tidak bersih lagi. Membuat orang tua harus mewarnai ulang dengan cat tembok yang perlu waktu dan uang untuk membenahinya seperti sedia kala.

Anak yang tak mau menurut. (Sumber: Pexels/ Karolina Grabowska via kompas.com) 
Anak yang tak mau menurut. (Sumber: Pexels/ Karolina Grabowska via kompas.com) 

Sebenarnya, ada alternatif lain daripada harus melarang anak dengan bentakan dan ancaman. Misalnya mengalihkan media gambar anak yang semulanya tembok ke buku gambar. Membelikan seperangkat alat gambar kepada anak yang sedang gemar-gemarnya corat-coret dan mewarnai. 

Tentunya tidak semudah itu untuk membuat anak patuh pada arahan orang tua. Apalagi mulanya ia memiliki media gambar yang luas dan besar. Seluas tembok rumahnya. Kini harus beralih pada media kertas yang penuh keterbatasan. Sepintas saja sudah terlihat bahwa media gambar tembok rumah jauh lebih menarik.

Tidak semua anak mudah untuk menurut. Mungkin ada yang langsung mencoba menggambar di media gambar barunya. Namun ada pula yang tidak mau menurut. Apalagi ketika mencoba mencorat-coret buku gambar, kesan yang didapatkan tidak semenyenangkan seperti mencorat-coret tembok rumah. Alhasil, anak akan kembali mencorat-coret tembok rumah. Orang tua pun semakin kesal melihatnya.

Solusinya adalah dengan menerapkan teknik hypnoparenting. Mendengar istilah hypnoparenting, kebanyakan orang akan teringat dengan istilah hipnotis di dunia sulap atau pun tipuan untuk melakukan kejahatan. Namun tentunya hypnoparenting tidak sama dengan acara hiburan hipnotis yang disuguhkan di televisi. Apalagi untuk melancarkan aksi kriminal yang berniat untuk merenggut hak orang lain.

Dikutip dalam Hello Sehat, kata Hypnoparenting berasal dari dua istilah, yaitu Hypnos dan Parenting. Praktik hypnotherapy sebenarnya sudah dilakukan sejak 2600 tahun sebelum masehi. Pertama kali dikembangkan oleh Dr. Franz Baumann, seorang dokter anak asal Amerika Serikat pada tahun 1960an.

Anak dan orang tua. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 
Anak dan orang tua. (Sumber: Shutterstock via kompas.com) 

Metode hypnoparenting bisa menjadi cara yang efektif untuk menangani masalah perilaku dan emosi anak. Bisa dipraktikkan langsung oleh orangt tua yang sulit mengatur anaknya. Sudah berulang kali dengan berbagai cara agar anak mau menuruti orang tua, tetap saja begitu sulit. Dengan hypnoparenting, orang tua mengajak anak berkomunikasi untuk mengarahkan pada hal yang baik.

Secara sederhana, hypnoparenting merupakan pola asuh yang dilakukan dengan memberi sugesti kepada anak melalui kalimat-kalimat yang mampu membuatnya percaya diri.

Untuk menerapkan hypnoparenting, orang tua dapat mencoba dengan tahapan-tahapannya. Terdapat lima tahapan dalam menerapkan hypnoparenting. 

Peratama adalah tahapan pre-talk. Pada tahapan pertama, orang tua dapat mencoba menggali pendapat anak secara rinci. Berikan pertanyaan kepada anak yang mencakup 5W+1H. Mulai dari pertanyaan apa, mengapa, kapan, di mana, siapa, dan bagaimana. 

Dalam mencari jawaban, orang tua mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama. Terlebih jika anak sulit terbuka kepada orang tua. Cenderung memiliki sifat tertutup dan pemalu. Sulit untuk mengutarakan keinginan dan pendapatnya. 

Tahapan yang kedua adalah pre-inductuion. Tahapan ini dilakukan ketika anak merasa nyaman dengan keadaannya. Tidak dalam posisi merasa terancam atau penuh ketakutan. 

Untuk menciptakan kenyamanan, orang tua dapat mengajak anak ke tempat yang memang membuat anak merasa nyaman. Didorong pula dengan sentuhan fisik yang membuat anak merasa disayangi. Seperti mengelus kepalanya, memberikan pelukan, menatap mata anak dengan penuh cinta.

Selanjutnya adalah tahapan induction. Tahapan ini dimulai ketika anak terlihat rileks, nyaman, tenang, santai, puas, segar, dan bahagia. Pada kondisi ini, orang tua bisa mulai memberikan kalimat atau nasihat positif. Otak anak akan lebih mudah untuk menerimanya ketika berada dalam tahapan induction. 

Setelah memberikan kalimat atau nasihat positif, tahapan selanjutnya adalah tahapan sugesti. Tahapan ini dimulai ketika anak sudah merasa rileks. Orang tua dapat memanfaatkan keadaan ini untuk memasukan sugesti golden moment. Sampaikan nilai baik apa yang ingin ditanamkan oleh anak. Namun jangan sampai menggunakan kalimat-kalimat yang membuat anak merasa dilarang. Seperti menggunakan kata jangan atau tidak boleh. 

Tahapan terakhir adalah post-hypnotic suggestion. Tahapan ini sebagai penutup ketika anak sudah merasa tersugesti dengan kalimat, nasihat, dan sugesti dari orang tuanya. Sebagai penutup, berikan ucapan harapan sebagai orang tua kepada anak. Tujuannya adalah untuk mengunci sugesti tersebut agar tertanam selamanya kepada anak.

Ilustrasi ayah dan anak. (Sumber: shutterstock via kompas.com) 
Ilustrasi ayah dan anak. (Sumber: shutterstock via kompas.com) 

Perlu diingat bahwa hasil dari hypnoparenting tidak langsung ampuh seketika. Tidak seperti makan cabai yang langsung terasa pedas. 

Hypnoparenting bukanlah proses yang instan. Kuncinya adalah konsistensi dalam menerapkan teknik hypnoparenting kepada anak. Dibarengi pula dengan kesabaran sebagai orang tua. 

Pastikan anak dalam keadaan siap menerima sugesti. Lihat moodnya, apakah sedang baik atau tidak. Jangan sampai memberikan sugesti ketika mood anak sedang buruk atau sedang dalam keadaan capek. Bukan nilai-nilai baik yang tertanam, alam sadarnya akan menolak karena ia sudah kelelahan dan menolak langsung sugesti itu.

Sebenarnya dalam memberikan sugesti kepada anak dapat dilakukan ketika melakukan kegiatan sehari-hari. Ketika anak merasa nyaman dengan kondisi dan aktivitasnya. Misalnya saat anak bermain, menggambar, menjelang tidur, menjelang makan, menggendong anak, membacakan dongeng sebelum tidur, atau ketika berdoa setelah melaksanakan ibadah. 

Tentunya orang tua jauh lebih paham momentum yang tepat untuk menyampaikan kalimat-kalimat positif. Momentum apa yang membuat anak merasa nyaman, senang, dan tanpa beban menjalaninya.

Ilustrasi orangtua menerapkan hypnoparenting. (Sumber: FREEPIK via kompas.com) 
Ilustrasi orangtua menerapkan hypnoparenting. (Sumber: FREEPIK via kompas.com) 

Keberhasilan dari hypnoparenting juga didukung oleh lingkungan anak yang mendukung. Sugesti akan diterima baik jika lingkungannya memberikan contoh yang serupa. Mulai dari anggota keluarga di rumah, guru di sekolah, dan teman bermainnya.

Misalnya orang tua memberikan sugesti agar anak tidak kecanduan bermain game. Semua tahapan hypnoparenting sudah dijalani. Namun misalnya kakak atau temannya kecanduan bermain game. Rasanya akan percuma. Semuanya sia-sia. Lingkungan tidak memberikan contoh yang baik yang selaras dengan sugesti yang didapatkan anak. 

Untuk lebih lengkapnya, orang tua dapat membaca buku, mencari informasi di internet, mencari jurnal penelitian, mengikuti seminar, dan mengikuti pelatihan tentang hypnoparenting. Lebih efektif lagi langsung berkonsultasi dengan ahlinya agar mendapatkan pemahaman yang jelas dan diarahkan untuk mengimplementasikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun