Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Anak Sulit Diatur? Coba Terapkan Hypnoparenting!

2 Oktober 2024   18:00 Diperbarui: 2 Oktober 2024   18:01 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua menerapkan hypnoparenting. (Sumber: FREEPIK via kompas.com) 

Anak yang sulit diatur menjadi permasalahan seluruh orang tua di dunia ini. Apalagi ketika anak memasuki usia yang sedang aktif-aktifnya. Lari ke sana-sini, menaiki anak tangga berulang-ulang, mencoret-coret tembok rumah, melempar mainannya, dan aktivitas lainnya yang dilakukan oleh anak tapi membuat orang tua kesal melihatnya.

Orang tua tidak ingin sang buah hati terancam keselamatannya. Memberikan proteksi lebih agar anak terlindungi dari segala gangguan yang mungkin saya menimpanya. Tentu niatnya baik, yaitu agar anak selalu baik-baik saja. Namun terkadang sikap orang tua dalam menanggapi itu semua kurang bijak. Berakibat pada tumbuh kembang anak yang bisa mengarahkan pada karakter kurang baik.

Misalnya anak berkali-kali mencoret-coret tembok rumah. Alhasil, kondisi rumah berantakan karena tembok yang mulanya bersih, kini terisi penuh dengan coretan. Coretan tidak jelas yang tak berupa. Garis lurus, melengkung, lingkaran, dan coretan lainnya yang anak buat.

Melihat itu semua, banyak orang tua yang memilih untuk melarang anak melakukan aksi tersebut. Tak jarang disertai dengan ancaman bernada tinggi agar anak takut untuk mengulanginya lagi. Alasan orang tua memang ada baiknya. Khawatir anak terjatuh saat mencoret tembok karena tumpuan kaki anak belum sepenuhnya kuat. Alasan lainnya begitu risih melihat tembok rumah yang tidak bersih lagi. Membuat orang tua harus mewarnai ulang dengan cat tembok yang perlu waktu dan uang untuk membenahinya seperti sedia kala.

Anak yang tak mau menurut. (Sumber: Pexels/ Karolina Grabowska via kompas.com) 
Anak yang tak mau menurut. (Sumber: Pexels/ Karolina Grabowska via kompas.com) 

Sebenarnya, ada alternatif lain daripada harus melarang anak dengan bentakan dan ancaman. Misalnya mengalihkan media gambar anak yang semulanya tembok ke buku gambar. Membelikan seperangkat alat gambar kepada anak yang sedang gemar-gemarnya corat-coret dan mewarnai. 

Tentunya tidak semudah itu untuk membuat anak patuh pada arahan orang tua. Apalagi mulanya ia memiliki media gambar yang luas dan besar. Seluas tembok rumahnya. Kini harus beralih pada media kertas yang penuh keterbatasan. Sepintas saja sudah terlihat bahwa media gambar tembok rumah jauh lebih menarik.

Tidak semua anak mudah untuk menurut. Mungkin ada yang langsung mencoba menggambar di media gambar barunya. Namun ada pula yang tidak mau menurut. Apalagi ketika mencoba mencorat-coret buku gambar, kesan yang didapatkan tidak semenyenangkan seperti mencorat-coret tembok rumah. Alhasil, anak akan kembli mencorat-coret tembok rumah. Orang tua pun semakin kesal melihatnya.

Solusinya adalah dengan menerapkan teknik hypnoparenting. Mendengar istilah hypnoparenting, kebanyakan orang akan teringat dengan istilah hipnotis di dunia sulap atau pun tipuan untuk melakukan kejatahan. Namun tentunya hypnoparenting tidak sama dengan acara hiburan hipnotis yang disuguhkan di televisi. Apalagi untuk melancarkan aksi kriminal yang berniat untuk merengguh hak orang lain.

Dikutip dalam Hello Sehat, kata Hypnoparenting berasal dari dua istilah, yaitu Hypnos dan Parenting. Praktik hypnotherapy sebenarnya sudah dilakukan sejak 2600 tahun sebelum masehi. Pertama kali dikembangkan oleh Dr. Franz Baumann, seorang dokter anak asal Amerika Serikat pada tahun 1960an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun