Tidak hanya sekadar mencari tahu kesalahan yang terletak di anak saja, orangtua juga perlu intropeksi diri. Barangkali selama ini orangtua kurang memberikan perhatian kepada anak. Kurang memberikan apresiasi bahkan tidak mengajarkan atau mencontoh yang baik.
Bukan hanya anak yang belajar untuk berproses agar tumbuh kembang dengan baik, tetapi menjadi orangtua juga harus mau untuk belajar. Belajar menjadi orangtua itu seumur hidup. Tidak mengenal waktu ataupun guratan wajah yang menua. Orangtua harus mau untuk selalu bersama-sama dengan anak, belajar memainkan perannya masing-masing dengan versi terbaik yang bisa diberikan.
Untuk membantu tumbuh kembang anak, tidak hanya peranan orangtua. Perlu bantuan pihak lain yang turut memberikan lingkungan positif bagi anak. Maka dari itu, orangtua harus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menangani anak pelaku bullying. Konsultasikan dengan pihak sekolah. Khususnya dengan wali kelas yang mengetahui keseharian anak di sekolah. Termasuk turut mengenal dengan teman anak di sekolah sampai orangtua murid lain.
Jika belum merasa tenang dengan kondisi anak yang menjadi pelaku bullying, tidak ada salahnya untuk melakukan konsultasi dengan profesional. Misalnya dengan dokter anak, psikolog anak, sampai guru spiritual yang paham nilai-nilai agama.
Meminta bantuan pihak lain bukan karena lemah. Justru sebuah sikap yang bijak yang dicerminkan oleh orangtua untuk membantu tumbuh kembang anak. Sekaligus merubah sikap-sikap buruk yang saat ini masih anak tunjukkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H