Namun ternyata, cara tersebut malah melahirkan permasalahan baru yang lebih besar dan lebih sulit untuk diatasi. Menyangkut dengan tumbuh kembangnya di masa depan yang begitu berharga.Â
Daripada menakut-nakuti anak apalagi sampai memberi ancaman, lebih baik memberikan penjelasan kepada anak dengan penjelasan yang sebenar-benarnya. Misalnya ketika anak tidak mau tidur, bukan malah ditakut-takuti akan diculik oleh hantu. Tetapi diberi penjelasan bahwa ia harus istirahat karena besok pagi harus bangun dan pergi ke sekolah lebih awal.Â
Penjelasan itu memang tidak mudah untuk diterima anak dibandingkan dengan ancaman diculik hantu. Namun penjelasan tersebut jauh lebih bijaksana dan mengajarkan anak untuk menghargai waktu. Bahwa ada kalanya bermain, ada kalanya istirahat, termasuk menepati aktivitas esok hari yang sudah ada jadwalnya.
Dengan begitu, perlahan anak akan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk baginya. Menjadi bentuk pendewasaan dirinya.
Jika ada yang sudah terlanjur menakut-nakuti anak, tidak ada kata terlambat untuk merubah pola asuh yang ada. Meninggalkan cara yang lama dengan menggantinya menggunakan pola asuh yang baru.
Kalaupun sudah terlanjur muncul ketakutan pada anak, orangtua mendukung dan membantu anak untuk menghadapi sumber rasa takutnya. Dengan mendampinginya sampai anak berani melawan rasa takutnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H