Anak juga akan bergantung kepada orangtua bahkan kepada orang lain ketika ia dewasa. Seraing ditakut-takuti, membuat dirinya tidak berani untuk melakukan sendiri. Kesulitan memecahkan masalah sendiri sehingga harus selalu bergantung kepada orang lain.
Hal ini bisa saja terbawa sampai dewasa. Ketika anak tumbuh dewasa dan berhadapan dengan sebuah kondisi yang mengharuskannya melakukan sendirian secara mandiri, ia khawatir tidak bisa karena tanpa bantuan dari siapa-siapa.Â
Anak yang sering ditakut-takuti, cenderung takut untuk melakukan hal baru termasuk berpergian ke tempat yang baru. Ia terlanjur nyaman dengan keadaannya saat ini yang begitu banyak perlindungan dari orang sekitar.Â
Ketika ia bermain dengan teman sebayanya di lingkungan rumah ataupun sekolah, ia merasa takut bersama orang asing yang tak ia kenali. Harus selalu ada orang yang dia percaya menemani, misalnya orangtuanya. Sulit baginya untuk bisa berinteraksi dengan lingkungan baru. Termasuk sulit untuk masuk pada lingkungan pertemanan teman sebayanya.
Dampak selanjutnya adalah hilangnya rasa percaya diri anak. Ia tidak percaya pada dirinya sendiri karena selalu terjebak dengan rasa takut yang tertanam dalam pikirannya. Belum mencoba hal baru, ia sudah merasa tidak mampu untuk mencoba hal baru itu. Bahkan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Akhirnya anak akan menutup diri hingga dewasa karena merasa aman sendirian atau hanya bersama orang-orang yang ia percaya. Alhasil hanya akan merugikan dirinya sendiri di masa depan. Ia menjadi pribadi yang sulit untuk mencoba, melakukan hal baru, bahkan untuk melakukan hal-hal yang memengaruhi karier di masa depan.
Kebiasaan menakut-nakuti anak dengan hal-hal yang tidak masuk akal sama saja dengan membohongi anak. Memang pada dasarnya anak sangat mudah untuk percaya. Namun seiring dengan pertumbuhannya, ia akan mengetahui kebenarannya.
Sampai akhirnya ketika anak sudah mengerti bahwa ancaman yang pernah orangtuanya dulu hanyalah sebuah kebohongan karena ia akhirnya sadar hal itu tidak mungkin terjadi. Bisa saja membuat anak kecewa karena selama ini ternyata ia dibohongi tentang sesuatu hal yang tidak mungkin terjadi.
Setiap orangtua memiliki cara tersendiri dalam mengasuh anaknya. Termasuk dalam mendisiplinkan anak. Namun, membiasakan anak untuk disiplin dengan menakut-nakuti anak bukanlah solusi yang bijak.
Saat itu anak memang menurut. Bahkan menurut berkepanjangan karena merasa takut jika sekali saja ia tidak mengikuti perintah orangtuanya.