Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film YOLO, Perjuangan Berdamai dengan Diri Sendiri

2 Agustus 2024   18:15 Diperbarui: 3 Agustus 2024   06:23 3967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film YOLO (2024). (Sumber: Hindia Times via tix.id)

Namun di tengah-tengah film, saya benar-benar kehilangan unsur komedi dalam film ini. Sisi drama ditonjolkan dan benar-benar menguras emosi penonton. Unsur komedi ternyata bukan satu-satunya yang ingin ditawarkan dalam film ini. Tentang perjuangan seseoranglah yang menjadi sajian utama dalam film YOLO.

Film YOLO memberikan pesan yang mendalam. Menyentuh hati para penontonnya. Leying adalah sosok perempuan yang begitu tulus dan tanpa pamrih. Ia selalu berusa menyenangkan semua orang yang ia prioritaskan. Bahkan ia rela memprioritaskan kebahagiaan orang lain dibandingkan kebahagiaan dirinya sendiri. Termasuk meski dirinya tersakiti.

Leying memang sempat menanyakan rasa kekecewaannya itu. Mengapa ia selalu tersakiti dan dimanfaatkan padahal selalu berusaha menuruti dan membahagiakan semua orang. Sampai-sampai ia tidak memiliki target atau tujuan hidup untuk dirinya sendiri. Selalu bergantung dengan kebahagiaan orang-orang di sekitarnya.

Dari situlah, ia berusaha untuk berdamai dengan semua rasa yang ada. Berdamai dengan hal-hal yang sudah ia lewati. Berdamai dengan orang-orang di sekelilingnya yang membuat dirinya patah hati. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi petinju profesional. Tentu tidak mudah dan tidak cukup dikejar dalam hitungan bulan saja. Meski begitu, ia merasa kemenangan dapat ia raih ketika ia berhasil masuk ajang kompetensi tinju. Kalah atau menang hanyalah monus belaka. Kemenangan sesungguhnya ketika ia berhasil berdamai dengan dirinya sendiri.

Adegan favorit saya adalah ketika Leying bersama Ayahnya makan malam bersama di sebuah resto. Saat itu, Leying mengajukan pertanyaan kepada Ayahnya. Jika memiliki dua apel, yaitu apel besar dan apel kecil. Mana apel yang akan diberikan kepada orang lain. Sang Ayah menjawab akan memberikan apel yang besar karena akan selalu memberikan yang terbaik untuk orang lain.

Namun tidak dengan Leying. Leying menjawab bahwa ia akan memberikan kedua apel yang ia miliki untuk orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun