Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film YOLO, Perjuangan Berdamai dengan Diri Sendiri

2 Agustus 2024   18:15 Diperbarui: 3 Agustus 2024   06:23 3865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film YOLO (2024). (Sumber: The Star via tix.id)

Tertarik menonton film Tiongkok? Kamu bisa mulai menonton film Tiongkok yang baru saja tayang di Netflix. Tidak hanya menyuguhkan cerita yang segar, juga sangat layak untuk diulas dan direkomendasikan.

Mulanya, penulis sama sekali tidak pernah tertarik menonton film Tiongkok. Entah mengapa tidak berminat dan lebih memilih menonton film dari negara lain. Seperti Korea hingga India. 

Entah mengapa film YOLO yang baru saja rilis di Netflix ini, menarik perhatian saya. Bukan karena trailernya atau sinopsisnya yang menarik. Justru karena sedang ingin mencari tontonan hiburan yang bisa melepas penat. Nampaknya film Yolo bisa dijadikan opsi karena bergenre drama komedi. 

Diberi label komedi, membuat saya menaruh harapan besar pada film YOLO. Mengharapkan alur cerita yang menghibur dan menyegarkan. Minimalnya bisa sejenak jeda dari aktivitas-aktivitas yang padat dengan tontonan yang menghibur sekaligus mengundang tawa.

Nyatanya YOLO tidak hanya sekadar film komedi. Justru pesan yang ingin disampaikan sangat dalam dan menginspirasi. Bagi penonton yang merasa relate dengan kisah tokoh utama dalam film YOLO, malah akan menitikan air mata karena terharu dengan semua perjuangan yang dipertontonkan.

Meski unsur komedi mendadak hilang dalam ingatan, film YOLO sangat layak untuk direkomendasikan. Maka dari itu, di tengah-tengah kesibukan ini, saya menyempatkan untuk mengulas film Yolo. Semoga dapat menghibur para pembaca atau membantu pembaca yang sedang kebingungan memilih film untuk teman di akhir pekan.

Sebelum rilis di Netflix, Film YOLO asal China ini sudah tayang di bioskop Indonesia pada 19 April 2024. Sebelumnya sudah rilis di China pada 10 Februari 2024. Tidak perlu menunggu lama, akhir bulan Juli 2024, tepatnya 26 Juli 2024 sudah rilis di Netflix sehingga lebih mudah untuk dinikmati kapanpun dan di manapun.

Saat ditelusuri, YOLO ternyata diadaptasi dari film Jepang yang berjudul 100 Yen Love. Menariknya, film ini berhasil meraih box office tinggi mencapai 423 yuan atau sekitar 918 miliar rupiah. 

Film ini dibintangi sekaligus disutradarai oleh Jia Ling. Jia Ling adalah perempuan asal China yang dikenal sebagai sutradara, aktris, sekaligus penulis skenario. Jia Ling mulai dikenal lewat film Hi, Mom pada tahun 2021. 

Secara garis besar, YOLO menceritakan tentang perjuangan seorang perempuan gemuk yang ingin menurunkan berat badannya. Namun bagi saya, film ini bukan ingin menitikberatkan pada hal tersebut. Justru perjalanan seorang perempuan dalam berdamai dengan dirinya sendiri. Termasuk merasa ikhlas akan semua hal-hal yang terjadi menimpa dirinya selama ini.

Sebelum mengulas lebih dalam lagi, simak terlebih dahulu sinopsis film YOLO berikut ini!

Film YOLO (2024). (Sumber: Hindia Times via tix.id)
Film YOLO (2024). (Sumber: Hindia Times via tix.id)

Film YOLO menceritakan tentang seorang perempuan bernama Leying yang diperankan oleh Jia Ling. Leying adalah perempuan yang memiliki perawakan gemuk dengan gaya hidup tidak sehat. Kesehariannya hanya dihabiskan untuk tidur, makan, lalu kembali tidur lagi. Terus menerus seperti itu. Tidak ada yang berbeda dari hari ke hari.

Leying yang berusia sekitar 30 tahun, mendapatkan pandangan negatif dari lingkungan sekitarnya. Terutama keluarganya sendiri. Seharusnya, perempuan di usia 30 tahun sudah tinggal di rumahnya sendiri. Tidak bergantung pada orangtuanya. Menikah dengan laki-laki pilihannya serta merawat anak-anaknya. Ditambah lagi memiliki karier yang cemerlang.

Namun itu semua tidak berlaku bagi Leying. Sebelumnya ia memang pernah bekerja. Namun memutuskan untuk berhenti karena terhambat dari sisi komunikasi. Sejak saat itu, Leying memutuskan untuk mengurung diri. Enggan bersosialisasi dengan orang luar. Hanya keluar terdekatnya saja yang masih bisa menyapanya. Itupun hanya untuk menyuruhnya makan atau mandi saja.

Suatu hari, sepupunya yang bernama Le Dan. diperankan oleh Zhang Xiaofei, memasukkannya ke sebuah acara pencari kerja. Acara tersebut dikhususkan untuk para pencari kerja yang kesulitan mencari pekerjaan dengan jaminan akan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki. Le Dan bekerja di acara tersebut. Ia memiliki tugas untuk mendapatkan talent yang tentunya menjual dan dapat menaikkan rating acara tersebut.

Bukannya memberikan solusi, justru mendatangkan masalah baru. Leying dibuat malu dalam acara tersebut. Ia enggan melanjutkan acara tersebut. Alhasil nihil. Leying tidak mendapatkan apa-apa selain rasa malu yang harus ia tanggung.

Saat merasa kesal, Leying akan menghubungi kekasih dan sahabat terbaiknya. Menceritakan keluh kesahnya sambil menyantap banyak makanan yang dipesan di sebuah resto. Saat hendak menceritakan tentang pengalamannya di acara pencari kerja, Leying malah menemukan fakta baru tentang kebohongan kekasih dan sahabat terbaiknya. 

Mereka berselingkuh di belakang Leying bahkan sampai hamil. Mereka memutuskan untuk segera menikah dan meminta Leying tetap menjadi bridesmaid agar tidak orang-orang menganggap bahwa tidak pernah terjadi perselingkuhan dan hubunga ketiganya baik-baik saja.

Belum usai dengan semua permasalahan yang ada, Leying bertengkar dengan adik perempuannya. Mereka adu mulut sampai membuat Leying memutuskan untuk keluar dari rumah orangtuanya.

Sejak saat itu, Leying bertekad untuk hidup mandiri dengan sisa tabungan seadanya. Ia menyewa sebuah kamar di rumah susun yang sangat sederhana. 

Melihat tabungan yang semakin menipis, membuat Leying terpaksa mencari pekerjaan. Sampai akhirnya ia diterima sebagai pegawai di sebuah restoran yang selalu ramai pengunjung saat malam hari. Perlahan Leying kembali menata hidupnya dan mau bersosialisasi dengan orang baru. Namun ia harus berhadapan dengan bos laki-lakinya yang genit.

Leying berkenalan dengan seorang petinju bernama Hou Kun yang diperankan oleh Lei Jiayin. Hou Kun adalah petinju profesional yang bekerja sebagai pelatih tinju. Setiap pelatih tinju, harus membawa anggota baru. Hou Kun yang kekurangan relasi, dengan terpaksa memanfaatkan kedekatannya dengan Leying. Leying pun mendaftar menjadi anggota baru.

Tujuannya tentu hanya untuk membantu dan agar bisa berdekatan dengan Hou Kun. Perlahan, Leying merasa hidup kembali. Ia kembali mendapatkan semangat hidup di tempat latihan tinju itu. Berlatih dengan Hou Kun sampai turut serta membantu Hou Kun untuk urusan apapun. 

Tidak disangka ternyata Hou Kun tidak menganggap hubungannya dengan Leying adalah sebuah hubungan spesial meski mereka sudah tinggal bersama. Tanpa sengaja, Leying mendengar percakapan Hou Kun dengan rekan kerjanya yang menanyakan hubungan mereka. Hou Kun berkata bahwa hubungannya dengan Leying hanya sebatas pelatih dengan asisten atau anak didiknya saja.

Sejak saat itu, Leying kembali merasa kecewa dan putus asa dengan kehidupan yang baru saja ia bangun. Namun Leying memutuskan untuk tidak menyerah begitu saja. Ia memiliki tekad untuk menjadi petinju profesional. Leying kini benar-benar berlatih dengan serius. Tanpa sadar, ia sudah kehilangan berat badannya hingga 50 kilogram.

Film YOLO (2024). (Sumber: tix.id)
Film YOLO (2024). (Sumber: tix.id)

Menariknya dari film ini adalah visual karakter Leying dari berat badan kurus dan gemuk tanpa bantuan efek apapun. Jia Ling yang memerankan tokoh utama, yaitu Leying, benar-benar menaikkan dan menurunkan berat badan untuk projek film ini.

Saat beradegan menjadi Leying versi gemuk, Jia Ling menaikkan berat badannya menjadi 90 hingga 105 kilogram. Sedangkan saat menjadi Leying yang sudah berlatih tinju, Jia Ling kembali menurunkan berat badannya sampai 55 kilogram.

Jia Ling yang menyutradarai sekaligus membintangi film ini sebagai pemeran utama harus berurusan dengan berat badannya untuk menyesuaikan dengan karakternya.

Perjuangan Jia Ling dalam memerankan karakter Leying patut untuk diapresiasi. Ia begitu totalitas. Sama sekali tidak setengah-setengah dalam mendalami karakter yang ia bawakan. Tanpa pemeran pengganti, bantuak efek atau bahkan make up, Jia Ling begitu niat menyesuaikan berat badannya demi mendapatkan visual karakter Leying yang sesusai.

Sesuai dengan genrenya, film YOLO menyuguhkan komedi ringan yang cukup membuat para penontonnya terhibur. Meski dengan selera humor orang Tiongkok, ternyata masih sangat relate dinikmati oleh orang Indonesia. Masih sama saja dengan selera humor orang Indonesia.

Namun di tengah-tengah film, saya benar-benar kehilangan unsur komedi dalam film ini. Sisi drama ditonjolkan dan benar-benar menguras emosi penonton. Unsur komedi ternyata bukan satu-satunya yang ingin ditawarkan dalam film ini. Tentang perjuangan seseoranglah yang menjadi sajian utama dalam film YOLO.

Film YOLO memberikan pesan yang mendalam. Menyentuh hati para penontonnya. Leying adalah sosok perempuan yang begitu tulus dan tanpa pamrih. Ia selalu berusa menyenangkan semua orang yang ia prioritaskan. Bahkan ia rela memprioritaskan kebahagiaan orang lain dibandingkan kebahagiaan dirinya sendiri. Termasuk meski dirinya tersakiti.

Leying memang sempat menanyakan rasa kekecewaannya itu. Mengapa ia selalu tersakiti dan dimanfaatkan padahal selalu berusaha menuruti dan membahagiakan semua orang. Sampai-sampai ia tidak memiliki target atau tujuan hidup untuk dirinya sendiri. Selalu bergantung dengan kebahagiaan orang-orang di sekitarnya.

Dari situlah, ia berusaha untuk berdamai dengan semua rasa yang ada. Berdamai dengan hal-hal yang sudah ia lewati. Berdamai dengan orang-orang di sekelilingnya yang membuat dirinya patah hati. Akhirnya ia memutuskan untuk menjadi petinju profesional. Tentu tidak mudah dan tidak cukup dikejar dalam hitungan bulan saja. Meski begitu, ia merasa kemenangan dapat ia raih ketika ia berhasil masuk ajang kompetensi tinju. Kalah atau menang hanyalah monus belaka. Kemenangan sesungguhnya ketika ia berhasil berdamai dengan dirinya sendiri.

Adegan favorit saya adalah ketika Leying bersama Ayahnya makan malam bersama di sebuah resto. Saat itu, Leying mengajukan pertanyaan kepada Ayahnya. Jika memiliki dua apel, yaitu apel besar dan apel kecil. Mana apel yang akan diberikan kepada orang lain. Sang Ayah menjawab akan memberikan apel yang besar karena akan selalu memberikan yang terbaik untuk orang lain.

Namun tidak dengan Leying. Leying menjawab bahwa ia akan memberikan kedua apel yang ia miliki untuk orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun