Secara keseluruhan, kekurangan film Janji Darah hanya terletak pada skoring yang terlalu over powering di beberapa adegan. Lumayan menganggu dari adegan pertama dan pada beberapa adegan yang cukup krusial.
Beruntungnya dapat tertutupi dengan pengambil gambar yang cukup oke dan bikin deg-degan. Meski adegan pada saat Sheren diganggu terlihat klasik dan sering muncul di film horor lainnya.
Berdasar pada penuturan sutradara bahwa sebagian cerita pada film Janji Darah adalah pengalaman pribadi, saya tidak bisa membayangkan kejadian yang sebenarnya seseram apa. Alur cerita yang dibangun dengan penuh romansa, harus terganggu oleh hawa mistis ulah hantu penganggu yang menagih sebuah janji. Mengingat film ini diangkat dari kisah nyata, membuat saya merinding usai menonton film ini.
Ada pesan yang ingin disampaikan oleh film Janji Darah. Tentang sebuah janji yang dibawa sampai mati. Mungkin kita pernah berucap asal pada seseorang. Berpikir pendek tentang masa yang sedang dijalankan saja. Namun tidak untuk lawan bicara kita yang diberikan sebuah janji. Ia tidak menganggap remeh sebuah janji. Janji yang kita ucapkan secara asal, belum tentu ditanggapi dengan asal juga. Bisa saja janji itu yang membuat dirinya terus menjalankan hidup.Â
So, belajar dari kisahnya Rayhan, jangan asal mengucap janji jika belum tentu bisa menepatinya atau tidak. Apalagi yang namanya utang dan janji tidak hanya berlaku di dunia saja. Namun sampai dibawa mati.
Well, film Janji Darah sangat layak untuk ditonton. Sama sekali tidak menyesal menonton film ini. Apalagi dengan durasi yang panjang, setiap adegan dipenuhi dengan kedua tokoh utama yang secara visual saja sudah memanjakan mata. Bikin betah menonton keduanya pada layar bioskop yang besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H