Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Seni Membangun Personal Branding di Media Sosial

22 Juni 2024   18:30 Diperbarui: 23 Juni 2024   16:51 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi personal branding di media sosial Instagram. (Sumber: Freepik.com via kompas.com)

Di era serba digital, berselancar di media sosial menjadi rutinitas setiap hari yang dilakukan setiap orang. Tidak hanya remaja atau orang dewasa saja, sampai anak-anak juga sudah ada yang memiliki media sosial pribadi.

Tentunya kita memang tidak bisa mencegah masuknya kemajuan teknologi informasi ini. Meskipun dalam diri sendiri berusaha untuk tidak menggunakan media sosial karena alasan tertentu, tetap saja ada kalanya kita memiliki kepentingan di media sosial. 

Contohnya saja mahasiswa yang ditugaskan oleh dosennya membuat projek video presentasi yang harus di upload pada media sosialnya. Secara mendadak, akan membuat akun media sosial yang khususnya membagikan tugas-tugas sekolah atau perkuliahan.

Sebenarnya, pengalihan tugas manual pada bentuk digital sebagai salah satu cara untuk meningkatkan literasi digital generasi muda. Mencoba mengingatkan bahwa dalam media sosial, tidak hanya tentang ajang pamer kebahagiaan dan kesuksesan semata. Bisa dijadikan sebagai media dalam berbagi hal-hal positif sehingga antar pengguna dapat mendapatkan nilai-nilai yang positif pula.

Jika kamu sudah mengetahui minat dan bakat yang akan kamu dalami, maka sudah semestinya untuk memulai membangun personal branding dari sekarang. Bisa lewat media sosial pribadimu yang setiap hari kamu gunakan untuk berkomunikasi dengan teman.

Daripada hanya dijadikan sebaga tempat dokumentasi momentum tertentu saja, alangkah lebih baik lagi digunakan untuk menunjukkan citra diri. Memang sekilas terdengar seperti memamerkan potensi diri di media sosial, tetapi bukankah sah-sah saja melakukan hal tersebut dalam akun media sosial pribadi? Toh tidak merugikan orang lain bahkan orang banyak. 

Media sosial yang kini banyak dijadikan sebagai ajang pamer aktivitas sehari-hari, mulai dari bangun tidur sampai kembali terlelap, lebih bak digunakan untuk membangun personal branding. Dengan begitu, kamu terlihat lebih profesional dan bersiap untuk ke jenjang pekerjaan yang lebih matang.

Mungkin ada diantara pembaca yang merasa terlambat membangun personal branding di media sosial. Mengingat banyak sekali di lingkungan sekitar yang sudah lebih dulu mengelola akun pribadi media sosialnya sebagai ajang mengenalkan potensi, minat, dan bakat diri.

Percayalah, tidak ada kata terlambat. Yang ada adalah pilihan untuk memulainya atau tidak memulainya. Jangan pernah berpikir merasa tertinggal jauh atas proses bahkan pencapaian orang lain. 

Lebih baik konsentrasi saja pada tujuan hidup sendiri daripada harus membanding-bandingkan dengan orang lan. Di atas langit ada langit. Dan akan berlaku seperti itu sampai kapanpun juga.

Untuk kamu yang ingin memulai membangun personal branding lewat media sosial, maka tepat sekali menemukan artikel ini! Artikel ini akan membantu dalam merumuskan dan merencanakan personal branding yang ingin kamu tampilkan di media sosial. Sebelum itu, kamu harus tahu terlebih dahulu terkait betapa pentingnya membangun personal branding di zaman ini.

Saat ini, sudah bukan zamannya lagi menjempu bola. Justru bola yang akan datang menghampiri jika memang sudah memiliki branding diri yang baik. 

Dulu, zamannya para pelamar mencari informasi pekerjaan lewat koran yang hanya terdapat pada kolom iklan saja. Membuat iklan lowongan pekerjaa setiap korban tersebut terbit sangat terbatas. Bisa dihitung jari.

Setelah itu, pelamar akan mempersiapkan dokumen yang diminta pada iklan lowongan pekerjaan tersebut. Seperti surat lamaran pekerjaan, daftar riwayat hidup, fotocopy ijazah terakhir, dan berkas lainnya yang dilampirkan. 

Pelamar memasukan berkas ke dalam amplop berwarna coklat dan bersiap untuk mengirimkan berkas kepada perusahaan yang akan dilamar. Baik itu diserahkan secara langsung atau lewat bantuan pengiriman pos.

Gambaran tersebut menunjukkan bahwa zaman dulu, para pelamar yang berusaha untuk menjemput bola. Secara mandiri mencari tahu dari koran ke koran, dari mulut ke mulut, terkat informasi lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi diri.

Ilustrasi tumpukan lamaran pekerjaan. (Sumber: KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI) 
Ilustrasi tumpukan lamaran pekerjaan. (Sumber: KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI) 

Sedangkan zaman sekarang yang serba digital, perubahan pola perekrutan berubah. Tidak lagi pelamar yang mencari pekerjaan. Justru para rekruter yang berburu untuk mencari calon karyawannya lewat bantuan teknologi.

Misalnya saja platform pencari kerja, yaitu LinkedIn. Dalam LinkedIn, pengguna dapat menampilkan profil dirinya secara lengkap. Seperti gambaran CV atau resume yang sangat terperinci. Selain itu, pengguna juga dapat menuliskan kegiatan selama bekerja yang dijadikan sebagai portofolio selama bekerja. 

Dengan adanya fitur seperti ini, memudahkan rekruter dalam menyeleksi calon pelamar kerja yang melamar. Atau bahkan, rekruter tidak membuka lowongan pekerjaan. 

Namun malam menghubungi secara personal pada akun LinkedIn seseorang yang dirasa memenuhi kualifikasi sesuai dengan yang ditampilkan pada profilnya.

Singkatnya, seseorang hanya dengan berdiam diri di rumah bisa mendapatkan tawaran pekerjaan. Tidak perlu antre dalam tumpukan surat lamaran pekerjaan bersama raturan pelamar yang lainnya. 

Justru karena sudah selangkah lebih maju dalam membangun personal branding, dapat membuka peluang dan kesempatan banyaknya peluang bisnis dan pekerjaan baru.

Ilustrasi media jejaring profesional LinkedIn.(Sumber: UNSPLASH/SOUVIK BANERJEE via kompas.com) 
Ilustrasi media jejaring profesional LinkedIn.(Sumber: UNSPLASH/SOUVIK BANERJEE via kompas.com) 

Hal paling sederhana yang bisa dilakukan sekarang juga adalah dengan membangun personal branding di media sosial. Dengan menampilkan satu bidang yang kamu geluti pada akun pribadimu, maka menjadi point tambahakan bagi rekruter dalam memilihmu. 

Sering terjadi fenomena seorang pekerja yang melakukan sikap atau perilaku tidak pantas di masyarakat dan berujung dari pemecatan atau pemberhentian pekerjaan. Meskipun perilaku tersebut tidak pada jam kerja atau tidak menggunakan atribut perusahaan. 

Fenomena ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh branding diri pada peluang karier ke depannya. Mengingat jejak digital sulit untuk dihapus atau dimanipulasi.

Tunjukkan ketertarikan pada satu bidang dalam media sosial. Perlihatkan karya-karya atau hasil kerja pada bidang tersebut. Tentunya dengan desain atau tampilan yang nampak profesional. 

Konsistensi sangat penting dalam membangun branding diri. Jangan sampai berubah-rubah dalam artian karena cepat bosan dan menyerah begitu saja.

Jika memang mencintai satu bidang, maka tunjukkanlah dalam media sosialmu bahwa memang benar-benar mencintai bidang tersebut. Dengan terus menampilkan aktivitas yang berhubungan dengan bidang tersebut. Sesekali membagikan informasi terkait bidang tersebut.

Misalnya seseorang ingin bekerja berkarier sebagai penulis. Mulailah membangun branding pada media sosial bahwa dirimu sangat suka dunia kepenulisan. Berani menunjukkan hasil karya tulisanmu di media sosial. Sesekali membagikan tips-tips kepenulisan atau kegiatan yang relevan dengan bidang kepenulisan, misalnya membaca buku. Ikut kelas-kelas menulis dan hasilnya ditampilkan pada media sosialmu.

Tak lupa untuk terus memamerkan hasil pencapaian dalam bidang kepenulisan. Misalnya hasil dari kelas menulis yang telah diikuti atau kejuaraan kepenulisan yang diraih. 

Tidak perlu malu dan tidak usah peduli dengan komentar orang-orang yang memberikan ketikan negatif. Tunjukkan bahwa kamu bisa bersikap profesional sebagai pondasi membangun personal branding.

Keberhasilan personal branding di media sosial terjadi ketika orang lain mengetahui kamu sebagai ahlinya dalam bidang tersebut. Misalnya kamu rutin membagikan karya-karya hasil tulisanmu. Maka muncul sebutan di lingkungan sekitarmu bahwa kamu adalah orang yang gemar menulis atau penulis. 

Meski terdengarnya sederhana, hanya mendapatkan julukan tertentu saja, tetapi itu adalah salah satu keberhasilan sederhana atas personal branding yang kamu bangun.

Ilustrasi personal branding di YouTube. (Sumber: Shutterstock via kompas.com)
Ilustrasi personal branding di YouTube. (Sumber: Shutterstock via kompas.com)

Lambat laun, orang-orang akan semakin mengenal tentang dirimu sesuai dengan branding yang dibangun. Rekruter yang sedang mencari kualifikasi sesuai dengan yang kamu miliki, akan terus menjelajah sampa akhirnya dengan mudah menemukan akun media sosialmu. Dengan begitu, peluang, kesempatan, dan kemungkinan akan kabar baik akan terbuka lebar.

Percayalah, buah dari konsistensi dengan proses yang panjang adalah keberhasilan. Mungkin di fase awal, kamu akan merasa jenuh dan banyak mengeluh. Namun ingatlah, suatu hari nanti, kamu akan memetik hasil dari personal branding yang berhasil mengantarkan dirimu pada gerbang kesuksesan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun