Anak yang sudah terkena gaming disorder akan sulit mengendalikan hasrat untuk bermain game. Ia akan menghabiskan waktunya hanya untuk bermain game dengan durasi yang semakin meningkat.Â
Anak juga lebih sensitif, cenderung mudah marah dan tersinggung apabila mendapatkan penolakan bermain game. Ia juga kehilangan fokus mengerjakan aktivitas lainnya karena yang ada dalam pikirannya hanya ingin segera bermain game saja.
Saat anak mengalami gaming disorder, maka ada perubahan fungsional dan struktural dalam sistem saraf. Kecanduan game online dapat memengaruhi otak, bahkan menyebabkan perubahan diberbagai bagian otak.Â
Melihat betapa buruknya dampak terkena gaming disorder, sudah seharusnya orangtua mulai memberikan perhatian lebih pada durasi anak bermain game. Hal tersebut tentunya agar menghindari gejala-gejala kemungkinan yang terjadi akibat gaming disorder.
Orangtua juga harus bisa menciptakan suasana menyenangkan yang terlihat lebih membuat sang anak nyaman dibandingkan dengan ponselnya. Setiap anak memiliki kesukaan yang berbeda.Â
PR besar bagi orangtua untuk mengetahui kegiatan apa yang bisa membuat anak lupa dengan ponselnya. Tentunya dengan kegiatan positif. Baik itu di dalam rumah, ataupun di luar rumah.
Selain itu, orangtua tidak hanya sekadar membelikan ponsel lalu memberikan kepada sang anak saja. Namun orangtua bertugas untuk menjelaskan fitur-fitur beserta kegunaannya.Â
Berikan penjelasan sederhana agar anak mudah mengerti. Buat kesepakatan bersama antara anak dan orangtua. Terkait durasi memainkan ponsel sampai persetujuan apa saja yang diunduh dalam ponsel anak.
Nah, yang jadi pertanyaan, bagaimana jika anak sudah terlanjur menunjukkan gejala gaming disorder? Maka tindakannya bukan lagi tentang pencegahan, tetapi sudah pada tahap penyembuhan.Â
Di tahap pertama, orangtua pasti kesulitan untuk memberikan batasan kepada anak. Apalagi anak akan memberontak sampai tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Orangtua harus tegas dan belajar untuk tega demi kebaikan sang anak sendiri.