Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "Exhuma", Film Horor Genius Tentang Sejarah Kelam Korea dan Jepang

12 Maret 2024   16:30 Diperbarui: 12 Maret 2024   16:33 2282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktor asal Korea Selatan Lee Do Hyun dalam film Exhuma. (Sumber: IMDb via kompas.com) 

Film Exhuma sedang ramai diperbincangkan di negara asalnya, Korea Selatan. Tidak hanya trending di negeri sendiri, film Exhuma juga ramai diperbincangkan oleh pecinta film Korea di Indonesia. Khususnya penonton setia film dengan genre horor.

Review film Exhuma tak berhenti berseliweran di TikTok. Bukan karena jelek, tetapi karena memuaskan hati para penontonnya. Konon katanya akan banyak hal-hal di luar ekspektasi setelah menonton film ini.

Meski mendapatkan banyak pujian, entah mengapa saya tidak minat untuk menonton film ini. Mungkin karena pada dasarnya tidak terlalu getol mengikuti perkembangan film Korea. Saya pribadi hanya sebatas menonton film atau drama Korea yang ada pada platform streaming saja. Itu pun dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya sinopsis yang harus menarik.

Selain itu, sebenarnya saya tidak terlalu suka dengan film ber-genre horor. Meski kerap menuliskan review film horor, bukan berarti saya wajib menonton film horor yang sedang tayang di bioskop. Memang sering saja kebetulan hanya film horor yang menjadi satu-satunya pilihan saat hendak menonton di bioskop.

Singkat cerita, niat saya berubah karena harus menemani teman yang sangat ingin menonton film Exhuma. Kami sampai rela menonton di jam malam karena ternyata minat penonton pada film Exhuma sangatlah tinggi. Terbukti di jam malam saja, kursi di bioskop terlihat penuh. Tidak ada satupun yang kosong.

Di luar dugaan, ternyata film Exhuma bukanlah film horor biasa. Tidak menonjolkan sisi horor secara visual ataupun audio. Justru malah alur cerita yang menambah sensasi horor.

Film Exhuma sangatlah genius untuk ukuran film horor. Semuanya dibuat dengan sangat detail dan lengkap. Penonton yang punya daya ingin tahu sangat tinggi, akan cocok menonton film ini. Lain cerita untuk penonton yang hanya mencari hiburan semata.

Dibintangi oleh Choi Min Sik, Lee Do Hyun, Kim Go Eun, dan Yoo Hae Jin sebagai pemeran utama yang sangat penting dalam membangun alur cerita. Nama ke empatnya sudah tidak asing lagi bagi pecinta film ataupun drama Korea. Nampaknya film ini memang tidak ingin main-main dalam memilih peran.

Sebelum melanjutkan review film Exhuma, simak terlebih dahulu sinopsisnya! Hm, tapi bagi pembaca yang belum menonton dan ada niatan untuk menonton, lebih baik untuk tidak melanjutkan membaca artikel ini. Sudah pasti ada unsur spoiler pada artikel ini!

Film Exhuma menceritakan dukun-dukun kekinian yang menjalankan profesinya dengan penuh perjuangan. Mengapa disebut duku kekinian? Karena jika sedang tidak bekerja, mereka tetaplah manusia dewasa yang muda dengan kegiatan orang normal pada umumnya. Seperti berolahraga dan kegiatan umum lainnya.

Suatu hari, dukun yang bernama Hwa Rim dan temannya Bonggil diminta oleh kliennya untuk terbang ke Los Angeles. Mereka menemui kliennya yang bernama Park Ji Yeong, seorang konglomerat ternama di Korea Selatan.

Hwa Rim diperankan oleh Kim Go Eun dan Bonggil diperankan oleh aktor tampan, Lee Do Hyun. Sedangkan Park Ji Yeong diperankan oleh Kim Jae Cheol.

Film horor Exhuma (2024). (Sumber: Soompi via kompas.com) 
Film horor Exhuma (2024). (Sumber: Soompi via kompas.com) 

Ji Yeong memanggil kedua dukun ternama di Korea Selatan untuk mengusir kutukan yang selama ini mengusik keluarganya. Khususnya dirinya sendiri dan anaknya yang baru saja lahir.

Secara tiba-tiba, Ji Yeong dihantui dengan suara-suara mistis yang mengganggu dirinya. Selama ini, dia terus berupaya untuk menganggap bahwa suara-suara itu hanyalah sebuah bayangan semu. Namun semuanya berubah ketika anaknya lahir dan malah jatuh sakit.

Secara medis, bayinya tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit apapun. Namun entah mengapa secara mendadak bayi itu terus menangis histeris yang bahkan mengancam nyawanya.

Tidak ada cara lain selain meminta bantuan duku. Ji Yeong yakin bahwa anaknya mengalami hal yang serupa sepertinya. Bisa dikatakan bahwa ada makhluk gaib yang menyerang setiap anak sulung laki-laki dalam keluarnya. Terbukti hanya anak pertama laki-laki yang merasakan suara-suara itu.

Akhirnya Hwa Rim menyimpulkan bahwa teror gaib yang dialami keluarga Ji Yeong berasal dari roh nenek moyang mereka sendiri. Tidak ada pilihan lain selain memindahkan kuburan nenek moyangnya atau bahkan dikremasi.

Sebelum melakukan ritual penggalian kuburan nenek moyang, Hwa Rim meminta bantuan dua rekannya yang merupakan seorang ahli fengshui dan ahli kubur. Mereka adalah Sang Deok yang diperankan oleh Choi Min Shik dan Yong Geun yang diperankan oleh Yoo Hae Jin.

Dengan tawaran nominal uang yang fantastis, tak ada alasan untuk menolak pekerjaan tersebut. Mereka bersama-sama pergi ke sebuah pegunungan milik keluarga Ji Yeong. Terletak di perbatasan Korea Selatan dan Korea Utara. Dari pegunungan tersebut, mereka dapat melihat dengan jelas pemandangan Korea Utara.

Setelah tiba di pegunungan yang jauh dari pusat kota, hawa mistis mulai dirasakan oleh mereka. Terutama Sang Deok yang sudah mulai merasa ada yang tidak beres dengan letak kuburannya.

Saat hendak menemui kuburan nenek moyang Ji Yeong, mereka disambut dengan beberapa ekor rubah yang menakutkan. Dalam ilmu perdukunan, rubah adalah pertanda buruk jika berada di sekitaran kuburan.

Sang Deok sebagai ahli fengshui, tahu betul kondisi tanah yang baik untuk dijadikan pemakaman. Saat mencicipi tanah kuburan itu, Sang Deok langsung kaget karena merasa ada yang tidak beres. Dia tidak mungkin salah memprediksi bahwa tanah itu sama sekali tidak layak dijadikan kuburan.

Sang Deok bertanya kepada Ji Yeong siapa ahli fengshui yang merekomendasikan tanah di pegunungan ini menjadi sebuah kuburan. Ji Yeong tidak tahu pasti siapa orangnya karena itu sudah berlangsung lama di zaman nenek moyangnya. Ia hanya tahu bahwa tanah itu adalah hasil rekomendasi dari seorang biksu bernama Gisune. Biksu Gisune adalah orang Jepang.

Memiliki firasat yang buruk membuat Sang Deok tak ingin melanjutkan tawaran itu. Meski diiming-imingi imbalan yang fantastis, Sang Deok mengatakan bahwa taruhannya adalah nyawa. Siapapun yang terlibat akan terancam nyawanya jika berani membongkar kuburan itu.

Aktor Lee Do Hyun dalam film Exhuma. (Sumber: Soompi via kompas.com) 
Aktor Lee Do Hyun dalam film Exhuma. (Sumber: Soompi via kompas.com) 

Hwa Rim sebagai dukun muda yang masih memiliki banyak ambisi, mengabaikan kekhawatiran Sang Deok. Sebenarnya Hwa Rim tahu bahwa kasus yang kini ia hadapi akan jauh lebih berat daripada biasanya. Namun ia merasa prihatin dengan masa depan bayi Ji Yeong yang harus segera diselamatkan dari jeratan makhluk gaib.

Dengan gayanya yang khas, Hwa Rim bertutur tinggal mencari ahli fengshui lainnya. Mudah baginya untuk mencari ahli fengshui yang lain, mengingat imbalan yang ditawarkan sangat besar. Hwa Rim juga berkata bahwa Sang Deok bukan satu-satunya ahli fengshui ternama di Korea Selatan.

Merasa tertantang sekaligus diingatkan perihal urgensi penyelamatan nyawa seorang bayi, Sang Deok pun kembali melanjutkan tawaran itu. Namun ia akan tetap berhati-hati agak tak sampai menyakiti dirinya sendiri karena harus menghadiri pesta pernikahan anaknya.

Ritual penggalian kuburan nenek moyang Ji Yeong dimulai. Ke empatnya melaksanakan tugasnya masing-masin. Tentunya dengan bantuan para penggali kubur. Usai menggali kuburan itu, mereka segera membawa peti mati itu ke tempat kremasi.

Sayangnya turun hujan yang sangat lebat. Mereka harus menunggu hujan reda untuk melakukan kremasi peti mati itu. Konon katanya, hari kremasi harus dilakukan pada saat cuaca cerah. Jika kremasi dilakukan pada saat turun hujan, maka petaka akan segera datang.

Ada sebuah kejadian yang mengharuskan mereka untuk segera melakukan prosesi kremasi meskipun turun hujan. Tidak ada pilihan lain selain itu. Daripada arwah nenek moyang semakin merasuki dan merenggut nyawa bayi tak berdosa.

Selain itu, tukang gali kubur menemukan seekor ular menyeramkan setelah menggali kuburan itu. Ular yang ia temukan bukanlah ular biasa. Ular itu memiliki kepala manusia yang menyeramkan. Tanpa pikir panjang, ia membunuh ular itu.

Ternyata, membunuh ular itu adalah sebuah kesalahan yang fatal. Ia terus dihantui dan bahkan mendapatkan kutukan karena terus gelisah dan dihantui. Sang Deok berniat membantu dengan kembali ke lubang galian kuburan itu dengan bermaksud menemukan bangkai ular itu. Lalu mendoakannya agar tidak lagi menghantui tukang gali kubur.

Betapa terkejutnya ketika Sang Deok malah menemukan peti lain dalam kuburan itu. Bahkan lebih anehnya lagi bahwa peti itu terkubur secara vertikal. Sang Deok bergegas untuk mengabari ketiga temannya yang lain. Mereka pun sepakat untuk kembali melakukan kremasi pada peti itu.

Hari sudah gelap. Kremasi akan mereka lakukan di esok hari. Tak ada pilihan selain menyimpan peti itu di tempat yang aman. Mereka pergi ke kediaman seorang biksu yang rumahnya tak jauh dari pegunungan itu.

Di malam hari, peti yang dililit oleh kawat berdiri itu terbuka. Jasad yang ada di dalamnya menghilang dan membuat kekacauan. Sosok makhluk yang bangkit dari petinya itu adalah seorang kaisar Jepang dengan tubuh yang sangat besar. Menggunakan perlengkapan perang dengan baju besi.

Hwa Rim tercengang melihat makhluk itu. Sepanjang menjalani profesinya, ia tidak pernah melihat makhluk gaib seperti itu. Ia pun akhirnya mengerti bahwa makhluk yang sedang ia hadapi bukanlah makhluk gaib biasa. Melainkan seorang siluman.

Aktor asal Korea Selatan Lee Do Hyun dalam film Exhuma. (Sumber: IMDb via kompas.com) 
Aktor asal Korea Selatan Lee Do Hyun dalam film Exhuma. (Sumber: IMDb via kompas.com) 

Mulanya, penonton mungkin akan khawatir disajikan visual yang menyeramkan layaknya film horor Indonesia. Ternyata film Exhuma sama sekali tidak mempertontonkan visual menyeramkan. Tidak juga menampilkan adegan berdarah-darah.

Meski begitu, sosok kaisar Jepang berbadan besar berhasil membuat bulu kuduk berdiri. Bukan karena visualnya yang menyeramkan, tetapi justru karena berhasil tersampaikan dengan baik suasana horornya.

Suasana horor terbangun berkat alur cerita yang jenius. Setelah berhasil melakukan kremasi peti mati nenek moyang Ji Yeong, penonton tidak dibiarkan istirahat sejenak. Justru malah harus memecahkan teka-teki lanjutan yang menyimpan rahasia besar.

Film Exhuma sangat cocok bagi penonton yang memiliki daya ingin tahu tinggi. Setelah menonton film ini, penonton akan dibuat kebingungan. Sejenak untuk merenungkan untuk menyusun puzzle-puzzle yang berseliweran dalam ingatan. Mencoba merangkai satu persatu agar menjadi satu kesatuan cerita yang utuh.

Saya rasa, film ini akan lebih lengkap jika ditonton lebih dari satu kali. Jika hanya menonton sekali saja, akan banyak adegan-adegan yang tersampaikan dengan berlalu begitu saja. Dengan menonton lagi, penonton akan mudah untuk merangkai satu persatu inti ceritanya.

Banyak sekali adegan yang tidak dijelaskan secara spesifik. Penonton dibuat harus mengerti secara mandiri. Mungkin untuk penonton asli Korea akan dengan mudah mengerti. Tetapi untuk kita yang tidak mengetahui tradisi serta budaya perdukunan di Korea, begitu sulit untuk memahaminya.

Sebenarnya film Exhuma bukanlah film horor yang mengandalkan visual maupun audio. Unsur horor memang mengandalkan alur ceria. Kehororan masa penjajahan yang sampai saat ini menyimpan luka pada sebuah negara yang terjajah.

Film Exhuma menggambarkan traumatis sebuah negara yang terjajah. Meskipun hanya dijajah dengan waktu yang cukup singkat, bukan berarti mudah untuk dapat move on dari kekejaman penjajah. Sejarah kelam antara Korea dan Jepang ingin disampaikan lewat film ini. Apalagi dulu Korea masih bersatu. Belum terbagi menjadi Korea Selatan dengan Korea Utara.

Saya berharap sutradara Indonesia yang gemar membuat film horor sangat perlu menjadikan film Exhuma sebagai referensi. Sebagai gambaran bahwa ide cerita film horor tidak hanya tentang rumah angker semata. Kisah kelam di masa lalu sebuah negara bisa diangkat menjadi inti cerita film horor.

Memang sudah ada beberapa film horor yang mengangkat kisah kelam Indonesia, seperti pada zaman pembantaian komunis. Namun film Exhuma mengemasnya dengan sangat detail. Sampai hal-hal kecil pun diambil dari tradisi atau budaya di masa lalu. Menurut saya, film Exhuma tergolong sebagai film horor yang sangat cerdas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun