Perlahan, puasa bukan hanya sekadar wajib ia laksanakan. Tetapi karena memang dia membutuhkan puasa sebagai bentuk syukur atas segala kenikmatan.
Selain itu, orangtua harus suportif dengan melibatkan anak pada kegiatan-kegiatan di bulan Ramadan. Anak akan merasakan suasana Ramadan seutuhnya. Ia akan berpikir bahwasanya Ramadan tidak hanya sekadar berpuasa saja.
Dengan mengajaknya sahur bersama-sama. Melengkapi gizi sang anak pada saat waktu sahur dan berbuka. Termasuk minum susu yang biasanya begitu sulit untuk anak-anak tinggalkan karena masih dalam masa pertumbuhan.
Tak lupa berburu takjil menjelang berbuka puasa. Biarkan si kecil memilih takjil favoritnya. Sebagai motivasi dan penyemangat menantikan adzan Maghrib.
Jangan hanya mengajarkan. Tetapi juga orangtua harus memberikan contoh. Mengisi kegiatan yang positif saat berpuasa. Ajak si kecil bermain dengan kegiatan yang tidak terlalu menguras energi.Â
Lebih baik lagi dengan mengaji bersama sembari mengajarkan si kecil mengenal huruf Hijaiyah. Orangtua juga bisa menceritakan Nabi dan Rasul yang wajib diketahui kepada sang anak. Tentunya dengan bahasa dan ekspresi yang menyenangkan kepada si kecil.
Tak lupa untuk mengajak anak sholat tarawih. Baik itu di rumah ataupun di mesjid.Â
Semuanya memang terasa sulit. Apalagi untuk anak yang masih tak bisa mengontrol moodnya.
Detik ini, ia sangat semangat dan antusias untuk berpuasa. Tetapi beberapa menu kemudian antusiasnya hilang karena tergoda es krim di warung sebelah.
Maka dari itu, yang paling terpenting adalah mencontohkan kepada sang anak. Tidak hanya mengenalkan dan mengajak anak untuk belajar, tetapi orangtua harus memberikan contoh sebagai cerminan yang baik bagi si anak.
Anak bukanlah pendengar yang baik. Anak tidak mudah menurut hanya sekadar diberi perintah. Namun anak adalah peniru yang baik. Anak-anak akan mengikuti dan meniru apa yang ia lihat dari sekelilingnya.