Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "OOTD: Outfit of The Designer", Kehidupan Sang Desainer

26 Januari 2024   06:30 Diperbarui: 26 Januari 2024   06:43 2032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film OOTD: Outfit of The Designer (2024). (Sumber: mediaindonesia.com)

Pecinta film Indonesia pasti sudah hafal betul berbagai karakter yang melekat di setiap sutradara ternama. Bahkan, saking khasnya, tanpa perlu tahu identitas sang sutradara, penonton akan mudah menebak jika memang sudah memiliki ciri khas dalam setiap karyanya.

Program studi film pun semakin gemar diminati kawula muda. Bukan hanya karena keren, tetapi memang industri film cukup menjanjikan dan banyak profesi yang dapat dipilih.

Tidak hanya menjadi aktor utama yang mejeng dalam layar bioskop ataupun pemeran pendukung yang hanya numpang lewat saja. Profesi dalam industri film sangat beragam. Termasuk crew dibalik layar yang tak kalah hebatnya dengan aktor utama.

Perlu digaris bawahi bahwa keberhasilan suatu film tidak hanya didukung oleh kualitas akting dari para pelakonnya. Namun, crew di belakang layar pun sangat membantu dan mendukung kesempurnaan suatu film tersaji.

Bayangkan saja jika sekelas aktor ternama, yaitu Reza Rahadian tergabung pada suatu judul film yang seluruh crewnya masih terbilang amatir tanpa ada pengalaman ataupun latar pendidikan film. Kualitas akting Reza yang luar biasa tidak bisa berkembang tanpa dukungan crew yang berkompeten sebagai penyempurna.

Berkembangnya kualitas film Indonesia memunculkan keberanian baru dari tangan-tangan berbakat dalam dunia film. Misalnya saja Umay Sahab. Aktor cilik yang kini terlihat lebih fokus berperan di belakang layar sebagai sutradara. Sebagai generasi Z, Umay terlihat piawai menggapai minat kawula muda untuk mau menikmati karyanya.

Rupa-rupanya, aktor senior ternama seperti Dimas Anggara tidak mau kalah dengan para aktor muda yang kini bergelut di belakang layar. Di awal tahun 2024, Dimas Anggara merilis film pertamanya yang di mana sangat kontras berbeda dibandingkan film-film sebelumnya.

Siapa yang tidak mengenal Dimas Anggara? Aktor senior yang tampan dan spesialis film drama romansa. Sudah tersimpan dalam ingatan publik bahwa nama Dimas Anggara adalah seorang aktor.

Seolah ingin menambah identitas baru pada dirinya, Dimas memberanikan diri menjadi sutradara dalam debut film pertamanya yang berjudul OOTD. OOTD adalah kepanjangan dari Outfit of The Designer yang sudah tayang sejak 25 Januari 2024 di seluruh bioskop Indonesia.

Sejujurnya saya tidak tahu bahwa Dimas Anggara akan mengeluarkan film terbarunya sebagai sutradara. Mungkin karena memang saya tidak mengikuti media sosial pribadi milik Dimas Anggara.

Kabar ini saya dapatkan ketika asyik berselancar di media sosial TikTok. Muncul satu video yang menceritakan film OTTD. Terdapat pula pernyataan bahwa Dimas Anggara adalah sutradaranya.

Tak berpikir panjang, film OOTD menjadi membuat penasaran karena ingin melihat karya pertama dari Dimas Anggara.

Seperti judulnya, film ini menceritakan kisah seorang desainer Tepatnya seorang mahasiswa yang sedang meraih impiannya sebagai desainer ternama.

Film OTTD berkisah tentang Nare. Nare diperankan oleh Jihane Almira. Nare memiliki cita-cita sebagai desainer ternama yang bisa membawa nama baik Indonesia ke ajang internasional. Cita-citanya tidak hanya tinggi, tetapi juga mulia karena ingin memperkenalkan budaya Indonesia ke kancah internasional lewat design yang akan ia buat.

Selain itu, Nare juga memegang prinsip zero waste. Seluruh rancangan busana yang ia buat menggunakan pewarna alami. Tidak hanya sekadar memanfaatkan keindahan alam, tetapi juga untuk menghindari limbah kimia yang dapat merusak lingkungan. Penggunaan pewarna alami pun lebih nyaman dijadikan sebagai busana yang akan bersentuhan dengan kulit manusia.

Impian Nare didukung sepenuhnya oleh keluarga. Memiliki keluarga yang mendukung dari sisi moril dan materiil membantu Nare untuk terus memperjuangkan impiannya.

Tak tanggung-tanggung, Nare memutuskan kuliah fashion design di luar negeri. Tak perlu memikirkan biaya kuliah ataupun biaya hidup, Nare hanya perlu fokus pada studinya. Seluruh biaya yang ia perlukan selalu mengalir lancar dari donatur utamanya.

Meski menjadi mahasiswa yang merantau, Nare hidup dengan nyaman tanpa kurang apapun. Tinggal di apartemen yang nyaman dan membuat betah siapa saja yang tinggal di sana. Tidak ada ceritanya bahwa di akhir bulan hanya makan mie instan sambil menunggu transferan bulanan dari orang tua.

Lain halnya dengan Bagas yang diperankan oleh Rangga Nattra. Bagas adalah mahasiswa penerima beasiswa yang masih harus memikirkan nasih keluarganya di rumah. Tak jarang ia mengorbankan kepentingannya sendiri demi mencukupi kebutuhan yang diperlukan di rumahnya.

Keduanya bertemu dan saling mengisi satu sama lain. Nare hendak memasarkan baju-baju yang ia rancang sendiri. Bagas hadir menawarkan jasa fotografer tanpa imbalan.

Kebersamaan mereka membuat sinyal cinta terpancar. Namun tidak mudah untuk keduanya dapat menyatukan rasa ingin saling melengkapi. Terlebih perbedaan ekonomi yang sangat kontras terlihat. Sampai terkadang  Bagas harus memberikan berbagai macam alasan untuk dapat menolak ajakan Nare mampir ke apartemennya.

Film OOTD memberikan nuansa segar bagi para penonton. Tidak hanya tentang romansa anak muda, tetapi juga fashion yang disuguhkan dari karakter Nare sangat indah dan memanjakan mata.

Sosok Nare begitu menarik dan mampu menghipnotis penonton. Sorotan mata Nare yang dibawakan oleh Jihane Almira begitu tersampaikan dengan semestinya. Nare yang penuh semangat dalam dunia yang memang ia sukai. Seolah mentransfer energi positif kepada penonton.

Kehadiran ketiga teman Nare juga ikut melengkapi inti cerita. Mulai dari Luni yang diperankan oleh Asmara Abigail, Dantie yang diperankan oleh Jolene Marie, dan Mala yang diperankan oleh Givina Lukita. Sebagai sesama mahasiswa asal dari Indonesia, semuanya kompak memberikan upaya terbaiknya untuk mewujudkan peragaan busana di jalanan.

Keunikan dari film ini memang terlihat pada tema yang ingin dibangun, yaitu terkait dengan fashion. Jarang rasanya tema fashion diangkat dalam sebuah film. Tak main-main, film OOTD berkolaborasi dengan 19 desainer lokal untuk melengkapi isi cerita. Mulai dari rancangan desain sebuah busana, sampai busana-busana yang ditampilkan dalam adegan film. Pantas saja terlihat sangat profesional dan tidak digarap dengan asal.

Tak hanya gemerlapnya busana sang desainer, keindahan khas Eropa pun tersaji sempurna. Gaya arsitektur khas Eropa yang nampak elegan bagi penonton yang masih awam atau belum pernah menjelajahi Eropa.

Sepanjang keseharian karakter Nare, latar lagu C.H.R.I.S.Y.E selalu menemani penonton. Tak dapat dipungkiri memang lagu tersebut tersemat dengan pas untuk mengiringi keseharian Nare. Tanpa sadar penonton akan terbawa berdendang saking asyiknya dengan lagu tersebut.

Sayangnya, bukannya lebih mendalami tema fashion, film ini justru mencoba menggiring penonton pada konflik cinta segitiga yang sepertinya tidak terlalu urgent dibahas. Karena cinta segitiga ini melibatkan para tokoh protagonis.

Penonton juga dibuat risih dengan perpindahan transisi waktu yang malah bikin mengerutkan dahi. Banyak adegan yang seolah di skip saja. Perpindahan adegan pun kadang membingungkan. Tidak ada keterangan yang mendukung cerita. Misalnya beberapa hari kemudian ataupun dua minggu kemudian. Penonton seolah disimpulkan bisa menerka dengan mudah perpindahan waktu tersebut.

Padahal, perpindahan latar diberi keterangan dalam adegan yang memang perlu di jelaskan. Misalnya perubahan latar tempat dari Inggris ke Jakarta. Namun sayangnya keterangan tersebut tidak cukup memberikan kesan yang nyaman. Tone warna antara di Inggris dan di  Jakarta terlihat sama saja. Padahal jelas-jelas kedua tempat tersebut kontras berbeda.

Overall, film OOTD bisa dinikmati dengan baik. Penonton dibuat nyaman sampai mengikuti akhir cerita. Film bertema fashion ini memang benar-benar menceritakan dunia fashion. Menambah pengalaman baru bagi penonton terkait dengan dunia fashion.

Penggunaan alur cerita yang terus maju membuat film ini begitu ringan untuk dinikmati. Film OOTD sangat cocok untuk penonton yang gemar film drama dengan alur yang ringan ditambah dengan bumbu konflik.

Sayangnya, film OOTD kurang berani menyoroti satu permasalahan saja. Apakah ingin menyampaikan terkait dengan dunia fashion ataupun usaha Nare dalam meraih cita-citanya. Atau mungkin lebih menyoroti tentang kritik terhadap lingkungan. Kalaupun memang ingin menggaris bawahi konflik romansa, hubungan toxic bisa dijadikan sorotan lebih dalam lagi.

Kendati demikian, Dimas Anggara terbilang berhasil dalam debut pertamanya sebagai sutradara film OOTD. Film OOTD memberi warna baru bagi penonton. Penonton mendapatkan pengalaman baru terkait dengan fashion. Suguhan yang segar di tengah gempuran film dengan tema yang menjemukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun