Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "The Desperate Hour", Perjuangan Seorang Ibu Menyelamatkan Anaknya

16 Januari 2024   06:30 Diperbarui: 16 Januari 2024   06:33 3883
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Desperate Hour (Sumber: IMDb via Kompas.com)

Ternyata, imbauan tersebut adalah karena telah terjadi penyerangan di sekolah yang ada di Lakewood. Seluruh siswa tidak diperkenankan untuk pulang dan dijaga ketak oleh kepolisian.

Amya berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Termasuk menyelamatkan Emily yang terjebak di sekolahnya. Ia berusaha menelpon beberapa orang yang dapat membantunya.

Amy yang sudah lari sedari tadi tidak bisa berbuat banyak. Ia sudah jauh sekali dari kediamannya. Butuh waktu yang lama untuk bisa mencapai ke daerah rumahnya. Ia mencoba meminta jemput temannya, tapi tidak kunjung ada balasan. Ada juga yang sedang di luar kota. Tak mau menyerah, Amy mencoba memberhentikan mobil yang melintas. Namun nihil, usahanya tak kunjung membuahkan hasil.

Ia terus berlari dengan mengandalkan jalan alternatif tercepat yang diarahkan oleh ponsel pintarnya. Ternyata, track yang ditunjukkan tidak semudah track jogging yang biasa ia lewati. Amy bahkan harus melewati sungai, jalan yang penuh bebatuan kecil, sampai akhirnya dia terjatuh karena kehilangan keseimbangan dan konsentrasi.

Amy semakin panik ketika mendapatkan kabar bahwa ternyata Noah menjadi salah satu tersangka yang diduga polisi sebagai pelaku utama. Padahal, sepengetahuan Amy, Noah tidak pergi ke sekolah dan memilih melanjutkan tidurnya di kamar.

Untuk penonton yang tidak suka film seram tetapi masih ingin merasakan ketegangan, film The Desperate Hour cocok menjadi pilihan. Meski menceritakan ada penembakan di sebuah sekolah, film ini sama sekali tidak mempertontonkan adegan kekerasan dan kekejaman. Jadi sangat aman dan ramah menjadi film dengan genre thriller.

Film ini terbilang sangat irit untuk produksi filmnya, karena yang paling dominan hanyalah karakter Amy saja. Sepanjang 84 menit, penonton hanya melihat Amy berlari saja. Hanya ada beberapa menit saja selain adegan berlari. Seperti sudah naik mobil, flashback keluarganya, menunggu Noah ke luar dari gedung sekolah, dan pada saat kegiatan pagi hari di rumahnya. Sisanya adalah adegan Amy berlari sambil sibuk memainkan ponselnya.

Hal tersebut bisa menjadi kelebihan sekaligus kekurangan untuk film ini. Bagi penonton yang sulit untuk mengingat nama tokoh dalam sebuah film, maka film ini akan menyenangkan karena mudah diingat. Saya sendiri adalah penonton dengan tipe seperti ini. Jujur saja, saya sulit mengingatkan nama orang meski sudah melihat wajahnya. Kadang kalau menonton film, ya hanya sekadar menontonnya tanpa perlu mengingatkan nama tokoh-tokohnya secara pasti.

Bukan berarti tidak menikmati filmnya, tetapi memang seperti itu cara saya menikmati alur film. Well, film ini yang minim sekali karakter pemainnya begitu mudah diingat dan tidak menjadi bahan kritikan bagi saya pribadi.

Namun berbeda dengan penonton yang gampang jenuh disuguhi dengan adegan dan tokoh yang itu-itu saja. Adegan Amy berlari akan menjenuhkan penonton tipe ini. Bahkan mungkin ada yang malas untuk melanjutkan cerita film ini dan memilih untuk menghentikan film ini di tengah jalan.

Jika penonton ada yang mengalami hal seperti itu, mungkin memang bukan target pasar dari film The Desperate Hour.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun