Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "Ancika: Dia yang Bersamaku 1995", Pelabuhan Terakhir Dilan

12 Januari 2024   13:03 Diperbarui: 12 Januari 2024   13:03 4614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak tahu tentang Dilan? Film legendaris yang diangkat dari novel terkenal karya Pidi Baiq. Ayah Pidi, sapaan kesayangan netizen, tidak pernah mau membocorkan identitas asli Dilan ataupun Milea.

Netizen seolah menjadi detektif untuk mencari tahu identitas asli Dilan dan Milea. Ada beberapa orang di media sosial yang mengaku bahwa dirinya sebagai Dilan, ataupun memberikan petunjuk bahwa dirinya adalah Milea. Tetap saja, tak ada satupun yang dibenarkan oleh Pidi Baiq selaku penulis novel Dilan dan Milea.

Menurut Pidi Baiq, Dilan yang asli tidak akan pernah mengaku-ngaku sebagai Dilan, karena dia bukan tipe yang seperti itu. Dilan akan memilih untuk berdiam diri dan membiarkan netizen menebak-nebak identitas aslinya. Sampai kapanpun, tidak akan ada Dilan asli yang mengungkapkan identitas aslinya.

Melihat tanggapan Pidi Baiq, membuat netizen berpendapat bahwa Ayah Pidi adalah pemilik kisah Dilan sebenarnya. Apalagi, ada beberapa kecocokan dengan karakter Dilan. Ayah Pidi dan Dilan sama-sama alumni ITB. Keduanya juga sama-sama tinggal di Bandung. Foto Ayah Pidi sewaktu muda pun tersebar menggunakan jaket army khas kepunyaan Dilan. Tetap saja, Pidi Baiq menyangkal bahwa semua itu hanyalah kebetulan yang biasa.

Tak tanggung-tanggung, novel Dilan dibuat dalam beberapa sekuel. Yang pertama terbit pada tahun 2014 dengan judul Dilan: Dia yang Bersamaku 1990. Kedua adalah Dilan Bagian Kedua: Dia adalah Dilanku Tahun 1991 yang terbit pada tahun 2015.

Novel pertama menceritakan masa pendekatan dan pacaran Dilan dengan Milea yang sangat manis di sepanjang jalan Buah Batu Bandung. Sedangkan dalam novelnya yang kedua, merupakan kisah sedih berakhirnya hubungan Dilan dan Milea.

Antusias dan rasa penasaran pembaca terhadap novel Dilan, membuat mereka ingin mengetahui sudut pandang dari sisi Dilan. Pasalnya, kedua novel Dilan hanya berdasarkan sudut pandang Milea saja. Pembaca ingin tahu bagaimana tanggapan Dilan dalam menghadapi hubungannya bersama Milea.

Terbitlah novel ketiga yang mengambil sudut pandang Dilan sebagai orang pertama dengan judul Milea: Suara dari Dilan. Terbit di tahun 2016 dan sama melejitnya seperti kedua novel pendahulunya.

Novel Dilan yang begitu fenomenal semakin melejit usai diadaptasi dalam versi film. Jika mengikuti novel Dilan, sudah dapat dipastikan bahwa keseluruhan cerita dalam versi film sangat mirip dan persis seperti novelnya.

Hal tersebut memang permintaan khusus Pidi  Baiq selaku penulis. Ayah Pidi tidak mau ada unsur-unsur tambahan yang mengurangi keaslian cerita yang sebenarnya. Maka dari itu, Ayah Pidi pun merangkap sebagai sutradara bersama Fajar Bustomi.

Ketiga novel Dilan diangkat menjadi film dengan jumlah penonton yang sangat fantastis. Film yang pertama rilis pada tahun 2018 dengan jumlah penonton 6,3 juta. Angka yang sangat fantastis dan mencetak sejarah karena sampai saat ini masih belum ada yang mampu menggeser sebagai 5 besar film Indonesia dengan jumlah penonton terbanyak di bioskop.

Film kedua rilis pada tahun 2019 dengan jumlah penonton 5,3 juta. Sedangkan film ketiga rilis pada tahun 2020 menembus 2,3 juta penonton.

Masih ingin melanjutkan kisah Dilan, terbitlah novel keempat dengan judul Ancika: Dia yang Bersamaku Tahun 1995 yang terbit pada tahun 2021. Tidak ada lagi romansa antara Dilan dan Milea. Namun, ada orang baru yang mengisi hati Dilan, yaitu anak SMA bernama Ancika.

Film keempat Dilan pun rilis di awal tahun 2024. Tepat pada tanggal 11 Januari 2024 di seluruh bioskop Indonesia. Nampaknya, penonton masih ingin mengikuti perjalanan cinta Dilan meskipun bukan lagi dengan Milea. Ancika yang menjadi pelabuhan terakhir Dilan, menyimpan magis yang menarik perhatian penonton untuk berkenalan dengan karakternya lewat film ini.

Sayangnya, ada perubahan dalam versi film Ancika yang terbaru. Mulai dari rumah produksi yang berbeda, sampai karakter utama yang berganti. Ayah Pidi pun tidak lagi merangkap menjadi sutradara untuk film Ancika. Namun rumornya, masih ada keterlibatan Pidi Baiq dalam memilih peran karakter-karakter dalam film Ancika. Khususnya Dilan dan Ancika.

Sebelum memberikan pendapat dari perubahan-perubahan yang ada, simak terlebih dahulu sinopsis dari film Ancika!

Adegan dalam Film Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 (Sumber: tix.di)
Adegan dalam Film Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 (Sumber: tix.di)

Ancika Mehrunisa Rabu, tokoh utama dalam film ini. Cika, sapaannya, menjadi sosok baru yang mengisi kekosongan hati Dilan. Meski usianya masih remaja dan masih berseragam putih abu, Cika begitu dewasa dari cara berpikir dan perilakunya. Mungkin itu yang membuat Dilan jatuh hati pada sosok Ancika.

Mulanya, tidak ada ketertarikan antara Dilan dan Ancika. Namun, mereka sering berjumpa karena Dilan adalah teman kuliah saudara Ancika, yang dipanggil Mang Anwar. Dilan kerap nongkrong di rumah Ancika karena menemui Anwar.

Keisengan Dilan membuat Ancika kesal padanya. Tapi tanpa sadar, Ancika diam-diam menyimpan perasaan kepada Dilan dengan terus mengintip Dilan dari balik jendela dapurnya.

Bukan Dilan rasanya jika tidak punya seribu satu cara untuk menaklukkan hati perempuan. Dilan masih tetap khas dengan gayanya yang anti mainstream dalam mendekati perempuan.

Misalnya saja, pada saat Ancika marah besar karena tugas resensi yang dikerjakan Dilan untuk PR sekolahnya malah membuat dirinya dipermalukan di hadapan semua teman-teman sekelasnya. Demi mendapatkan maaf dari Ancika, Dilan menuliskan permintaan maaf yang diterbitkan di kolom pengumuman sebuah surat kabar.

Perempuan mana yang tidak jatuh hati dengan cara Dilan? Semuanya memuji aksi Dilan yang nekad menuliskan permintaan maaf lewat koran. Tetapi tidak dengan Ancika. Menurut Ancika, Dilan tidak menunjukkan kesungguhannya dalam meminta maaf kepadanya. Justru malah semakin mempermalukannya. Dilan malah meminta maaf kepada seluruh pembaca koran, bukan terkhusus kepadanya.

Tak mau menyerah mendapatkan simpati dari Ancika, Dilan meminta maaf langsung kepada Ancika lewat sebuah buku tulis yang ia tulis tangan full dalam satu buku. Caranya yang kali ini berhasil mengetuk hati Ancika.

Ancika malah tertawa geli menerima buku itu. Sedangkan Dilan tetap menggoda Ancika dan berpesan untuk membacanya sampai tuntas meskipun hanya kalimat permintaan maaf yang ditulis berulang-ulang sampai halaman terakhir.

Sama halnya saat mendekati Milea yang dipenuhi dengan antrean laki-laki yang ingin menjadi kekasihnya. Begitu pula dengan Ancika. Meski terlihat tomboy, Cika sebagai perempuan mahal yang tak ingin disentuh sembarangan oleh laki-laki, malah menarik rasa penasaran kaum adam.

Dilan harus ikut terlibat dalam antrean laki-laki yang mencoba menarik perhatian Ancika. Mulai dari pria matang kaya raya yang didekatkan oleh saudara Ancika, sampai teman sekolah Ancika yang ternyata adalah anak geng motor.

Tetap saja Dilan menjadi pemenangnya dalam urusan menaklukkan hati perempuan. Gayanya yang khas mampu mencuri perhatian Ancika yang sedingin es batu dalam berhadapan dengan pria.

Sebenarnya, semesta memang mendukung kedekatan Cika dengan Dilan. Keluarga mereka sudah mengenal satu sama lain. Bahkan, Dilan sering nongkrong di rumah kakek Ancika sebelum berkenalan dengan Ancika.

Mungkin itulah yang dinamakan jodoh. Akan selalu ada kemudahan dalam menjalin hubungan dengan Cika. Keadaan dan waktu yang tepat seolah membuat Dilan yakin untuk move on dari Milea dan melabuhkan hatinya pada Ancika.

Arbani dan Zee JKT48 dalam Film Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 (Sumber: kompas.com)
Arbani dan Zee JKT48 dalam Film Ancika: Dia yang Bersamaku 1995 (Sumber: kompas.com)

Perubahan peran utama dalam film Ancika memang mendapatkan banyak cibiran netizen. Khususnya Dilan sebagai sang pemilik cerita. Di film sebelumnya, Dilan diperankan oleh Iqbaal Ramadhan. Sedangkan di film Ancika, Dilan diperankan oleh Arbani Yasiz.

Meski sempat diremehkan karena tidak mampu menyaingi Iqbaal yang sudah melekat sebagai Dilan, Arbani dapat menepis segala cibiran itu. Dengan tanggung jawab dan tantangan yang besar menggantikan sosok Iqbaal Ramadhan, Arbani malah mendapatkan pujian karena berhasil membawakan karakter Dilan pada zaman kuliah.

Jika membaca review di beberapa media online, Arbani justru lebih menghidupkan karakter Dilan dibandingkan dengan Iqbaal. Meski begitu, sebenarnya tidak sepatutnya keduanya dibandingkan. Karena antara Dilan pada zaman SMA dan kuliah memiliki karakter yang berbeda.

Dilan di zaman SMA masih terbelenggu dengan pikiran remaja yang memiliki sisi egois untuk menunjukkan jati dirinya dan ingin melakukan apapun yang ia mau. Berbeda dengan Dilan saat kuliah, yang menunjukkan sisi kedewasaannya dan belajar untuk mau meminta maaf.

Pada saat bersama Milea, Dilan enggan untuk meminta maaf meskipun dia tahu telah melakukan kesalahan karena melanggar janjinya pada Milea. Dilan memilih untuk berdiam diri dan justru tak mau menjelaskan apa-apa atas kesalahpahaman yang terjadi. Hingga akhirnya berujung pada kandasnya hubungannya dengan Milea.

Sedangkan pada saat dengan Ancika, Dilan belajar dari kesalahannya di masa lalu untuk mau meminta maaf dan lebih dewasa menghadapi situasi. Berkali-kali, Dilan meminta maaf kepada  Ancika meskipun untuk kesalahan-kesalahan yang tidak terlalu kompleks.

Yang sama hanyalah gaya khas Dilan yang tengil memang masih melekat sampai menjadi mahasiswa. Seperti celotehannya dalam penuturan kata, ataupun genitnya yang khas pada saat menggoda perempuan.

Untuk bagian ini, Arbani memang lebih dapat feel-nya menjadi sosok Dilan yang tengil. Apalagi logat bahasa sunda yang dia gunakan sangat fasih dan nyaman didengar.

Iqbaal juga sebenarnya cukup oke dalam pelafalan bahasa sundanya. Terutama dalam film yang ketiga, Iqbaal mengundang tawa penonton karena menyebutkan beberapa kata kasar dalam bahasa sunda dengan penekanan yang pas.

Sebagai asli orang sunda, saya menilai logat Arbani lebih pas disematkan sebagai Dilan yang memang asli anak Bandung.

Pemilihan Zee JKT48 memang pas menjadi karakter Ancika yang angkuh. Dibandingkan dengan projek film sebelumnya, Zee lebih pas berperan sebagai Ancika. Tatapan matanya yang dingin dan gayanya yang jual mahal layak untuk diberi apresiasi. Secara keseluruhan, Zee berhasil mengeksekusi perannya dengan baik sebagai Ancika.

Peran pendukung yang paling menonjol adalah karakter Anwar dan Indri. Anwar yang merupakan sahabat Dilan sekaligus saudara Ancika, menjadi tokoh penting sebagai penghubung dua sejoli ini. Indri sebagai teman sekelas dan satu bangku dengan Ancika, menarik perhatian penonton dengan parasnya yang cantik, manis, dan logat bahasa sundanya yang bagus.

Dito Darmawan berperan sebagai Anwar yang merupakan anak bungsu kakek Ancika. Dito berhasil menjadi pemeran pendukung dengan kualitas akting terbaik. Layaknya mahasiswa yang memiliki keponakan yang ia sayangi. Dito terlihat begitu mengayomi Ancika sekaligus memberikan pemahaman tentang karakter Dilan kepada Ancika. Dito berhasil mencuri perhatian penonton sebagai karakter yang paling penting dan menghidupkan inti cerita dengan perannya yang pas sebagai Mang Anwar (Om Anwar).

Ratu Rafa sebagai karakter Indri juga berhasil mencuri perhatian penonton. Meski hanya sebagai pelengkap kehidupan Ancika di sekolah, Ratu Rafa menjadi satu-satunya karakter dengan logat bahasa sunda yang nyaris sempurna. Meski parasnya kurang mewakili orang sunda, tetapi logat bahasa sunda yang ia bawakan paling pas diantara yang lainnya, bahkan melebihi peran utama.

Kekurangan dalam film Ancika hanya satu, yaitu terlalu banyak peran pendukung yang tidak penting muncul dalam film ini. Padahal, kehadirannya tidak terlalu mendukung alur cerita. Jika ditiadakan pun tidak menjadi masalah karena tidak memberikan pengaruh apa-apa pada tokoh utama. Misalnya seperti karakter Risa yang hanya numpang lewat dengan beberapa dialog saja. Bahkan karakter teman satu sekolah Ancika, yaitu Dudi yang tidak terlalu penting dalam kehidupan Ancika.

Mungkin film Ancika hanya mengikuti saja keseluruhan inti cerita dalam versi novel. Tetapi sayangnya malah ada adegan-adegan yang terbuang percuma karena tidak menguatkan inti cerita.

Secara keseluruhan, film Ancika tetap memberikan hiburan dan tidak kalah dengan film Dilan sebelumnya. Memberikan senyuman manis setiap adegan-adegan gemas antara Dilan dan Ancika.

Mungkin jika ada penonton yang tidak mengikuti kisah Dilan dari awal, akan mengerutkan dahi sepanjang nonton film Ancika karena karakter Dilan yang membingungkan. Tetapi akan berbeda untuk penonton setia Dilan yang selalu bisa memahami dengan baik gaya nyentrik Dilan.

Tidak ada alasan untuk tidak menonton film Ancika. Perubahan peran utama Dilan tidak patut dijadikan alasan untuk tidak menonton film Ancika. Faktanya, Arbani berhasil membawakan tokoh Dilan dengan baik sesuai dengan karakternya yang lebih dewasa tanpa mengurangi gaya Dilan yang begitu khas diingat penonton dan pembacanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun