Suasana tahun baru yang berbeda daripada biasanya. Mungkin akan menjadi peristiwa tahun baru yang paling diingat. Bukan diingat karena paling berkesan. Justru karena menyimpan traumatis yang berkepanjangan bagi sebagian orang.
Menjelang libur tahun baru, tentunya untuk para perantau, mayoritas akan memilih untuk kembali ke kampung halaman. Mendambakan suasana pergantian tahun yang menyenangkan. Seperti tradisi makan-makan murah meriah. Hanya bermodal daging ayam atau sapi yang dibakar. Dicampur dengan bumbu BBQ yang sudah menggoda.Â
Adapula yang memilih menyalakan petasan atau kembang api di halaman rumah. Berusaha menghibur dan memberikan pengalaman baru bagi anak-anak.
Adapula yang memilih untuk tetap duduk di atas sajadah. Memanjatkan doa-doa terbaiknya dengan harapan bisa tembus sampai ke langit-Nya.
Perayaan menyambut tahun baru sudah ada dalam ingatan. Dengan senyum sumringah, bergegas pulang ke kampung halaman. Sampai rela terkena macet sepanjang jalan Cibiru, Cinunuk, dan Cileunyi. Senyuman orang-orang tersayang yang ada di balik pintu rumah, sudah terbayangkan dalam ingatan sepanjang perjalanan pulang.
Mulanya semuanya nampak baik-baik saja. Tidak ada yang mengganjal ataupun hal-hal yang membuat was-was.Â
Jalanan mulai ramai dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Tempat makan dipenuhi oleh para pengunjung. Ada yang bercengkrama dengan keluaraga, pasangan, ataupun teman-teman.
Pagi hari sampai sore hari, kami sekeluarga sepakat untuk menghabiskan waktu bersama di rumah saja. Tepatnya pagi sampai sore hari di tanggal 31 Desember 2023.
Kegiatannya memang tidak signifikan. Hanya berkumpul di ruang tengah. Berbincang kehidupan sehari-hari ataupun membahas capres dan cawapres yang memang sebentar lagi akan kami pilih dalam Pemilu.
Cemilan juga turut dihadirkan. Menambah kehangatan kebersamaan keluarga. Tepatnya orang tua yang merindukan ketiga anaknya beserta cucunya berkumpul bersama.