Tidak pernah terpikirkan oleh kami bahwa akan terjadi gempa bumi yang terpusat di Sumedang. Secara geografis, Sumedang dikelilingi pegunungan. Tidak ada pantai di Sumedang. Kami tak pernah menyangka akan mengalami peristiwa ini.
Gempa bumi di sore hari itu berlangsung dua kali dengan durasi yang cukup singkat. Tetap saja membuat kami was-was dan senam jantung.
Semuanya kembali normal saat cuaca mendukung untuk beraktivitas di luar. Menjelang malam hari, hujan berhenti. Para pedagang mulai memadati Alun-Alun Sumedang. Kendaraan bermotor mulai membunyikan klakson di setiap lampu merah.
Aku pun kembali pada rencana awal. Menghabiskan malam tahun baru di rumah teman.Â
Kami masak makanan siap saji. Lalu berbincang sambil menyalakan televisi. Tak lupa sesekali mengabadikan momentum dengan memotret kebersamaan malam itu.
Namun semuanya berubah. Kembali mencekam. Suara gemuruh itu kembali terdengar, bahkan semakin terasa lebih keras dibandingkan sebelumnya. Guncangannya pun berbeda. Lebih keras daripada yang sore hari.
Alat dapur yang tersimpan di dalam lemari mulai berhamburan. Membuat suasana semakin mencekam. Belum lagi suara anjing tetangga yang tak hentinya menggonggong.Â
Kami langsung ke luar rumah. Berpelukan dan saling melindungi kepala satu sama lain. Bertasbih menyebut nama-Nya. Tak terasa air mata pun mengalir. Malam tahun baru yang biasanya indah harus berubah menjadi peristiwa traumatis bagi kami semua.
Guncangan itu bukanlah yang terakhir. Setengah jam sebelum pergantian tahun, guncangan kembali terasa. Memang tidak dibarengi dengan suara gemuruh yang menyeramkan itu. Tetap saja membuat kami parno dan sangat tidak tenang.
Satu per satu secara bergantian berjaga dan beristirahat. Tidak boleh semuanya dalam keadaan tertidur pulas. Tetap harus ada yang berjaga untuk memastikan keadaan.Â
Benar saja, sekitar pukul tiga subuh pada tanggal 1 Januari 2024, kami kembali diguncang oleh gempa bumi. Suara gonggongan anjing turut menemani kepanikan hari pertama di tahun 2024.