Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film "13 Bom di Jakarta", Rentetan Teror Bom yang Mencekam

31 Desember 2023   06:40 Diperbarui: 1 Januari 2024   12:23 1596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menutup akhir tahun 2023, film aksi karya anak bangsa meramaikan bioskop di seluruh Indonesia. Momentum yang tepat sekali. Libur tahun baru bisa dirayakan dengan menonton film ini. Pasalnya, film ini paling berbeda dari film-film Indonesia yang sudah tayang sepanjang tahun 2023.

Masih ingat dengan film Mencuri Raden Saleh (2022)? Film dengan genre aksi perampokan hasil buah karya Angga Dwimas Sasongko.

Mencuri Raden Saleh mendapatkan banyak antusias para penonton. Bukan hanya karena genre yang berbeda, tetapi juga didukung oleh sederet aktor tampan yang memang memiliki banyak penggemar. 

Seperti Iqbaal Ramadhan dan Angga Yunanda yang menjadi peran utama dalam film Mencuri Raden Saleh. Tidak perlu diragukan lagi, keduanya memang digandrungi oleh penggemar yang didominasi oleh kaum hawa.

Seolah tak puas dengan kesuksesan Mencuri Raden Saleh, Angga kembali menggarap film aksi yang lebih mencekam dibandingkan Mencuri Raden Saleh.

Dalam Mencuri Raden Saleh, pencurian dilakukan oleh segelintir orang amatir yang tidak punya riwayat kriminal mencuri. Meski sudah direncanakan dengan matang, tetap saja banyak sekali hal-hal di luar dugaan yang menghambat berjalannya perencanaan mereka.

Berbeda dengan film 13 Bom di Jakarta, para peran antagonis bukanlah dari kalangan amatir. Bisa dibilang memang ahli atau pakarnya.

Film terbaru dari Angga, lebih mencekam dan menegangkan dibandingkan film Mencuri Raden Saleh. Bisa terlihat dari pilihan aktor yang bermain memang bisa dibilang senior, seperti Rio Dewanto.

Tetap saja Angga paham bahwa harus ada aktor muda untuk menggaet para remaja menyaksikan film ini. Kehadiran Chico Kurniawan dan Ardhito Pramono, melengkapi film 13 Bom di Jakarta.

Film 13 Bom di Jakarta sudah bisa disaksikan di seluruh bioskop kesayangan penonton. Sejak 28 Desember 2023, film ini sudah rilis dan dapat dinikmati. Padahal sebenarnya, film ini sudah pernah ditayangkan sebagai penutup Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2023 (JAFF) pada tanggal 2 Desember 2023.

Bukan lagi bercerita tentang pencurian, film 13 Bom di Jakarta menceritakan teror bom yang mengancam ibu kota. Penggambaran kepadatan kota metropolitan yang benar adanya disampaikan dalam film ini.

Keramaian ibu kota tiba-tiba harus mendapatkan teror bom yang mencekam seluruh penjuru Jakarta. Yang mulanya ramai dengan hiruk pikuk aktivitas masyarakat yang beragam, tiba-tiba berubah menjadi keramaian atas kepanikan dari adanya teror bom.

Rasanya, memiliki kehidupan di ibu kota tidak lagi menjadi dambaan semua orang. Mungkin banyak masyarakat dari daerah yang merantau ke Jakarta, lalu malah menyesali keputusannya. Hal tersebut karena ketakutan warga yang sudah tidak bisa terbendung lagi.

Ancaman bom tidak main-main. Setiap 8 jam akan ada ledakan di salah satu daerah di Jakarta. Seramnya lagi, ada 13 bom yang akan diledakkan di Jakarta.

Badan Kontra Terorisme Indonesia atau yang disebut ICTA, menjadi badan yang bertanggung jawab untuk dapat menyelesaikan aksi teror bom ini. Dipimpin oleh Damaskus yang diperankan oleh Rukman Rosadi.

Damaskus meminta para anggota ICTA untuk menyelidiki siapa dalang dari aksi teror bom sekaligus agar secepatnya dapat menghentikan teror bom yang terus berlanjut dalam 8 jam sekali.

Karin dan Emil yang ditugaskan untuk terlibat dan memecahkan teror bom ini. Karin diperankan oleh Putri Ayudya. Sedangkan Emil diperankan oleh Ganindra Bimo.

Sampa pada akhirnya, semua hasil investigasi yang dilakukan oleh ICTA berujung pada dua pebisnis bernama Oscar dan William. Oscar diperankan oleh Chico Kurniawan. Sedangkan William diperankan oleh Ardhito Pramono. Keduanya adalah pengusaha yang bergerak di bidang jasa pelayanan perantara transaksi uang digital atau bitcoin.

Konflik semakin diperparah ketika sistem siber ICTA dibobol oleh sang peneror. Peneror bom ini diketuai oleh Arok yang diperankan oleh Rio Dewanto.

Aksi teror bom ini akan dihentikan jika permintaan peneror disanggupi oleh negara. Pasti semua orang akan menduga bahwa sang peneror akan meminta uang tunai. 

Menariknya, peneror tidak meminta uang tunai yang biasanya khas digunakan para penculik agar tidak meninggalkan jejak dan identitas. Peneror meminta dibayar dalam bentuk bitcoin, yaitu dengan jumlah 100 bitcoin.

Jalan cerita ini semakin menarik berkat hadirnya Indodax. Peran Indodax adalah untuk menegaskan lemahnya sistem intelijen yang dimiliki ICTA.

ICTA seharusnya memiliki pemahaman yang baik terkait dengan literasi digital terkait finansial teknologi. Teroris melihat kelemahan dan kepayahan ICTA, sehingga memanfaatkan kemampuan mereka yang melek terkait digitalisasi finansial.

Film 13 Bom di Jakarta terinspirasi dari tragedi teror bom di Tangerang pada tahun 2015. Berangkat dari tragedi itulah, 13 Bom di Jakarta disajikan dalam bentuk film. (Sumber)

Menariknya, film 13 Bom di Jakarta tidak ingin label agama sebagai alasan menjadi teroris. Namun, teroris dalam film ini dilatarbelakangi oleh permasalahan ketidakadilan di dalam suatu negara. Maraknya tindakan korupsi, kapitalisme yang merajalela, dan terjadinya ketimpangan sosial.

Film ini seolah ingin menyampaikan bahwa teroris tidak terlahir dari agama apapun. Dalam arti, agama tidak pernah membuat penganutnya menjadi seorang teroris yang melakukan tindak kejahatan kepada orang lain.

Dari latar belakang terjadinya aksi teror bom ini, membuat sebagian penonton menjadi pro atau mendukung karakter antagonis. Biasanya, peran antagonis akan selalu dibenci oleh penonton. 

Namun lain cerita dalam film ini. Mungkin, akan ada sebagian penonton yang simpati dengan keadaan para kelompok peneror. Tanpa sadar, penonton ingin akhir cerita menguntungkan peran antagonis.

Film 13 Bom di Jakarta karya sutradara Angga Dwimas Sasongko (Sumber: Dok. Visinema Pictures via Kompas.com) 
Film 13 Bom di Jakarta karya sutradara Angga Dwimas Sasongko (Sumber: Dok. Visinema Pictures via Kompas.com) 

Sebagai film aksi, 13 Bom di Jakarta diproduksi dengan sangat niat dan penuh perencanaan. Terlihat dari properti yang mendukung terlihat begitu nyata. Efek visual pun begitu nyata dan megah.

Dengan durasi 144 menit, penonton diajak untuk berpacu dengan waktu dalam menghentikan teror bom ini. Penonton dibuat tegang pada saat teror bom berlangsung dan ketika ICTA berusaha untuk terus menyelesaikan semua ini. Kondisi semakin mencekam ketika ICTA selalu tertinggal satu langkah dibandingkan peneror bom.

Akting berkelas yang disajikan oleh Rio Dewanto patut diapresiasi. Entah mengapa, pada saat Rio Dewanto harus mengucapkan beberapa dialog dengan intonasi yang tinggi, saya jadi teringat saat dirinya terlibat dalam film Garuda di Dadaku 2 (2011).

Dalam film Garuda di Dadaku 2, Rio Dewanto berperan sebagai pelatih tim nasional Indonesia yang terkenal tegas dan keras dalam melatih pemainnya. Tak jarang, intonasi tinggi dilontarkan saat sesi latihan ataupun memberikan instruksi di pinggir lapangan.

Suaranya yang khas, membuat saya teringat dengan aktingnya di film Garuda di Dadaku 2. Meski film tersebut sudah lama sekali, tetapi tidak ada yang berubah dari intonasi ataupun penekanan yang Rio bawakan saat harus memerankan karakter yang tegas.

Chico Kurniawan dan Ardhito Pramono tampil nyentrik dalam film ini. Perihal kualitas akting Chico Kurniawan tidak usah diragukan lagi. Pencapaian terbesarnya dalam dunia akting adalah mendapatkan penghargaan Festival Film Indonesia sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film Penyalin Cahaya (2022).

Sedangkan Ardhito, bisa keluar dari zona nyamannya. Biasanya, penonton disuguhkan dengan kemampuan akting Ardhito sebagai kawula muda yang dimabuk asmara. Ditambah juga, menunjukkan keahliannya dalam bermusik dalam sebuah projek film. Namun, dalam film 13 Bom di Jakarta, penonton bisa melihat totalitas yang diberikan dalam memerankan tokoh penting suatu cerita.

Secara keseluruhan, tokoh utama ataupun pendukung terlihat sangat berkualitas dan menunjukkan kemampuan terbaiknya. Terutama Lutesha yang memerankan karakter Agnes sebagai kekasih William (Ardhito Pramono). 

Lalu tak kalah kerennya, lagi-lagi Muhammad Khan sebagai rekan dari Arok (Rio Dewanto), menunjukkan kualitas dalam memainkan peran. Setelah berhasil meraih penghargaan Festival Film Indonesia di tahun 2019 sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik lewat film Kucumbu Tubuh Indahku (2018).

Sayangnya, film ini terasa begitu mati-matian untuk menampilkan adegan baku hantam dan ledakan yang terlihat real. Memang hal tersebut sangat penting. Mengingat film ini memang bergenre aksi.

Namun seharusnya, makna atau pesan yang bisa diberikan lewat film ini bisa diasah dengan lebih baik lagi. Terutama dalam memberikan edukasi kepada penonton terkait dengan latar belakang seseorang memutuskan menjadi teroris. Dengan begini, penonton akan dibuat tersadar bahwa tindakan teroris bukan menunjukkan fitrahnya sebagai manusia yang beragama.

Di tengah gempuran film drama dan horor, film 13 Bom di Jakarta menambah nuansa aksi yang dapat dipilih oleh penonton. Dengan begitu, pilihan tontonan akan semakin beragam. Penonton tinggal menyesuaikan dengan selera masing-masing.

Untuk penggemar film aksi, sudah dipastikan harus menonton film 13 Bom di Jakarta. Ataupun untuk penonton yang bosan dengan drama dan horor, mungkin bisa mencoba menonton film aksi lewat 13 Bom di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun