Tanpa basa-basi, Pemuda itu bersiap meraih buku itu. Dibarengi dengan suaraku yang berkata, "Maaf Mas, buku yang itu belum sempat dibersihkan."
Benar saja, buku bersampul hitam itu penuh dengan debu. Membuat pemuda itu batuk karena menghirup debunya. Namun rasa penasaran semakin bertumbuh setelah jemarinya menyentuh sampul buku itu.
Pemuda itu duduk di salah satu bangku yang memang disediakan untuk tempat membaca para pengunjung. Bibirnya mengerucut, meniup debu-debu yang berserakan di atas sampul. Perlahan, pemuda itu membuka halaman demi halaman.
Tiba-tiba beranjak dari duduknya dan berseru, "Ini buku yang aku cari!"
Suaranya lumayan membuatku kaget. Begitu lantang dengan volume yang kencang. Kakek memberikan isyarat untuk segera membungkus buku itu. Aku segera melaksanakan perintah Kakek. Pemuda itu menghampiri Kakek untuk melakukan transaksi. Aku tidak tahu pasti berapa harga yang dibandrol Kakek pada buku usang itu.
Pemuda itu menghampiri ku untuk mengambil bukunya yang telah kumasukkan dalam sebuah kotak. "Ini bukunya Mas. Semoga bermanfaat dan mendapatkan keajaiban," ucap ku sembari memberikan bukunya.
Pemuda itu tak menggubris, selain lengkungan senyuman seperti manusia yang sedang jatuh cinta.
Setelah pemuda itu menghilang dari Toko Buku Ajaib, bergegas aku merapikan bangku yang ia tempati tadi. Kembali menyimpan di posisi asalnya. Namun mataku tertegun saat menemukan secarik kertas di lantai dekat kursi, yang nampaknya adalah potongan dari buku usang itu.
Tanpa berpikir panjang, aku segera keluar untuk mengejar pemuda itu. Barangkali potongan buku itu adalah bagian penting dari buku usang itu.
"Mas, tunggu!" teriakku sambil membuka pintu.
Sayangnya, sudah tak ada pemuda itu dalam pandanganku. Entah melesat ke arah mana. Tidak ada jejak kaki yang bisa dijadikan petunjuk. A