Aku tak ingat kapan terakhir membersihkannya. Bukan hanya karena kakek yang semakin menua, tetapi memang tinggi badanku yang tetap tidak bertambah.
Aku mengambil tangga, lalu menyandarkan pada salah satu rak. Mengambil ancang-ancang untuk naik ke atas.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Kakek kaget melihat aksi ku.
"Membantu Kakek," jawabku singkat.
Kakek menggelengkan kepalanya. Bertanda tidak setuju dengan inisiatif ku.
"Kalau mau bantu, bersihkan saja buku-buku di rak bawah. Tidak perlu sampai manjat ke atas," pinta Kakek.
Aku mengerutkan dahi. Mengekspresikan bentuk protes atas penolakan Kakek. Entah mungkin karena Kakek takut aku terjatuh, atau memang aku tidak boleh menyentuh koleksi-koleksinya itu.
Upaya ku tak sampai di situ saja. Terlalu cemen jika satu penolakan meruntuhkan niat awal membantu Kakek.
"Tapi Kek, coba tengok buku yang ada di sana! Buku yang ada di sudut! Sudah sangat berdebu. Biarkan aku membersihkannya!" kataku ngotot sambil menunjuk ke arah buku itu.
Kakek malah melotot padaku. Seolah menjadi ancaman keras untuk menyentuh buku berdebu itu.
"Memang ada yang mau beli buku kotor seperti itu?"Â umpatku pelan.