Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Menilik Cara Media Membingkai Berita Pemilu 2024

4 Desember 2023   18:10 Diperbarui: 4 Desember 2023   18:15 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuduhan kampanye terselubung berdasarkan fakta bahwa Hary Tanoesoedibjo membawahi MNC Group seperti RCTI, MNC, Global TV, okezone.com, Koran Sindo, dan sindonews.com. Selain memiliki media, Hary merangkap sebagai Ketua Umum Partai Perindo yang mendukung calon dari PDIP.

Tidak hanya Hary Tanoesoedibjo yang memiliki media sekaligus menjadi pemimpin partai yang mendukung salah satu calon presiden. Surya Paloh membawahi Metro TV sekaligus Ketua Dewan Pembina Nasdem. Partai Nasdem mengusung pasangan Anies dan Muhaimim, yaitu paslon nomor 1 untuk menjadi calon presiden 2024.

Ada pula TV One, ANTV, viva.co.id yang dipimpin oleh Aburizal Bakrie yang merupakan Ketua Dewan Pembina Partai Golkar. Yang di mana Partai Golkar mendukung paslon nomor 2.

Fakta tersebut tak bisa terelakkan bahwa mayoritas dari pemilik media yang memiliki citra besar, tidak hanya memberi kontribusi pada media saja, tetapi juga ikut mewarnai politik negara ini. Nyaris seluruh media memiliki hubungan dan keterkaitan dengan ketiga calon presiden.

Sulit rasanya dapat membebaskan pers dari pengaruh kepentingan politik dan bisnis, jika tidak adanya revisi pada Undang-Undang Penyiaran. Terutama perihal kepemilikan suatu kelompok usaha atas beberapa media.

Perlu diingat bahwa kemerdekaan pers tidak hanya dari kompetensi yang dimiliki jurnalisnya saja, tetapi semua pihak harus ikut terlibat dalam membangun kemerdekaan pers. Masyarakat yang berani untuk terbuka, pemerintah yang transparan, dan penegak hukum yang responsif. Dengan begitu, kebebasan pers tidak hanya diperuntukkan untuk jurnalis saja, tetapi semua warga Indonesia.

Walaupun independensi adalah harga mati sebuah media, media tidak lagi menyampaikan informasi secara utuh. Semua proses dalam berita didasari oleh objektivitas atau sudut pandang wartawan dan media.

Seharusnya, pers menjadi suatu lembaga yang bebas dari doktrin pihak lain yang menjadikan media sebagai alat propaganda. Pihak berkepentingan akan menyalahgunakan dan memanfaatkan fungsi serta peran pers.

Pers itu harus bersih dari segala macam jenis penyakit yang ada di sekitarnya. Sehingga mampu berdiri sendiri tanpa campur tangan pihak lain.

Sebagai masyarakat yang setiap hari mengkonsumsi pemberitaan media, perlu meningkatkan kecerdasan literasi agar bisa menyaring informasi yang didapatkan. Dengan tidak mudah percaya atas isu yang belum jelas sumbernya, menyaring informasi yang masuk, stop menyebar informasi yang keliru, dan memiliki kemampuan berpikir kritis dalam mengkaji pemberitaan media.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun