Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film "Budi Pekerti", Bencana The Power of Netizen

4 November 2023   07:00 Diperbarui: 5 November 2023   01:34 2537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film Budi Pekerti (Sumber: DOK. Rekata Studio via kompas.com)

Pemilihan warna pada apa yang melekat di tubuh tokoh-tokohnya menyelipkan arti tersendiri. Menariknya lagi, visual seolah bercerita sendiri tanpa perlu bumbu tambahan dialog. Kecerdasan Wregas dalam menciptakan karya ini begitu tercermin ‘pas’ di hati penonton.

Cuplikan trailer Budi Pekerti (Sumber: DOK. Rekata Studio via kompas.com)
Cuplikan trailer Budi Pekerti (Sumber: DOK. Rekata Studio via kompas.com)

Akhir cerita dari film Budi Pekerti adalah penyelesaian masalah yang paling realistis. Di mana pilihan penyelesaian yang diputuskan langsung oleh Bu Prani adalah pilihan yang paling minim merugikan orang banyak. Meski keputusan tersebut akan merubah 180 derajat kehidupan Prani dan keluarganya.

Film Budi Pekerti sepertinya akan menyentuh penonton yang mempunyai pengalaman dengan profesi pengajar. Tidak hanya guru saja, tetapi siapa saja yang punya memori baik pada guru favoritnya sewaktu zaman sekolah. Atau mungkin penonton yang dibesarkan dari latar orang tua sebagai guru.

Prani menggambarkan profesi guru yang begitu mulia. Meski profesinya kurang memenuhi kebutuhannya, ia tetap melakukan berbagai upaya, semampu dan sebisanya demi mendidik siswanya. 

Prani juga digambarkan sebagai guru yang mau belajar dan melek teknologi. Terutama pada saat pandemi, pembelajaran di kelas terpaksa harus dialihkan dengan belajar di rumah saja. PR yang berat bari guru BP untuk menjaga semangat siswa dalam belajar di rumah termasuk membentuk budi pekerti mereka lewat layar PC saja.

Meski Prani digambarkan sebagai guru proporsional, bukan berati ia sempurna dalam menjalankan profesinya. Refleksi yang ia berikan untuk menangani siswa-siswa bermasalah ternyata memberikan efek pada salah satu muridnya. 

Gambaran ini menjadi pengingat bahwa tidak semua niat baik akan berakhir sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena ternyata netizen menganggap bahwa refleksi yang diberikan itu terlalu berat dan bisa memberikan trauma berkepanjangan.

Sha Ine Febriyanti dan Angga Yunanda dalam Film Budi Pekerti (Sumber: Instagram/filmbudipekerti via kompas.com)
Sha Ine Febriyanti dan Angga Yunanda dalam Film Budi Pekerti (Sumber: Instagram/filmbudipekerti via kompas.com)

Mungkin ada penonton yang kurang setuju dengan refleksi yang diberikan Prani ataupun tidak sreg dengan akhir ceritanya, tetapi tetap saja film ini bagaikan paket komplit dan berhak berada di jajaran teratas dalam rekomendasi film tahun ini. 

Apalagi melihat akting Angga Yunanda yang lepas dari citranya sebagai aktor tampan. Angga begitu menyita perhatian dengan gayanya yang nyentrik sebagai konten kreator mas-mas Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun