Suami sering memberi izin untuk saya ambil pecahan nominal kecil. Namun harus negosiasi dan penuh bujuk rayu dulu jika ada pecahan nominal duapuluh ribuan.Â
"Ya, boleh. Tapi jangan semuanya masuk binder dong. Ntar ayah mau beli ada keperluan gimana?"Â
"Ayah pakai saja uang limapuluhan atau seratusnya. Ntar kalau ada kembaliannya, yang receh-receh kasih ke Bunda lagi. Beneran aku simpen kok." Kerling manja dan jemari gesit segera ngembat uang pecahan tadi.
Sejak saya bertekad menabung dengan cara ini, suami dan putri saya turut berhati-hati menyimpan uang kembalian. Bahkan saya pernah sempat tarik-menarik duit pecahan sepuluh ribuan sebanyak tiga lembar dan satu lembar pecahan duapuluh ribuan dari tangan suami.
"Lepasin aja, Yah. Mumpung ada nih!"Â
"Eh, lumayan ini, lima puluh ribu buat jaga-jaga selama tanding futsal."
"Udah, Ayah pake duit lima puluhan yang ada tuh," ujar saya sembari mengerling isi dompetnya.
Suami mengalah. Aseeeeeek!
Saya tertawa senang mengisi kembali ziplock sesuai pecahan nominal masing-masing. Seru!Â
Kalaupun ngiler ingin beli bakso atau bubur ayam yang lewat depan rumah, saya pertahankan uang tersebut tidak keluar dari binder. Lebih baik pakai uang belanja seperti biasa atau uang saya sendiri yang ada di dompet. Nah, kembaliannya langsung sigap masuk binder.