Sebagai orang tua yang memiliki anak usia remaja, saya merasakan adanya perubahan dan perkembangan putri saya, baik secara fisik maupun psikologis.
Ia semakin bertumbuh, tinggi badan telah melebihi saya, lebih suka berkumpul dengan teman sebaya, berusaha mencari solusi atas permasalahnnay sendiri. Namun ada kalanya ia tetap membutuhkan saya dan ayahnya dalam memberikan saran untuk pengambilan keputusannya.
Bersyukur putri saya melalui fase perkembangan dari anak-anak menuju remaja dengan baik dan dalam pengasuhan yang wajar, serta mengarah pada hal-hal religius, baik pengaruh dari keluarga, teman sebaya maupun lingkungan sekolah.
Namun sebagai orang tua, saya dan suami perlu mendapatkan panduan dari ahlinya untuk bisa mengerti dan memahami bagaimana memperlakukan anak remaja yang kini menapak menuju usia dewasa. Karena di mata orang tua, anak tetaplah anak, yang kadang tanpa kami sadari, memperlakukan layaknya anak-anak yang masih dalam buaian.
***
Pada akhir Agustus 2024, alhamdulillah Komite Sekolah mengadakan Taklim Orang Tua Hebat (Taubat) di Masjid sekolah anak kami, menghadirkan pembicara seorang Dosen Psikologi dari Universitas Tujuhbelas Agustus 1945 Samarinda, yaitu Ustadzah Yunia Sherlyna, S.Psi.
Beliau berbagi materi ilmu parenting berkaitan dengan perkembangan anak remaja di usia 12 - 18 tahun, utamanya materi yang nyambung dengan usia 'putih abu-abu' alias remaja Sekolah Menengah Atas, yang mana saat ini remaja kami sedang berada pada fase ini.
Anak-anak usia remaja memang usia pubertas yang mulai tertarik dengan lawan jenis. Bisa juga dibilang mengalami 'masa kritis' karena mereka menjalani masa-masa pengambilan keputusan yang tepat ketika menimbang sesuatu, agar tidak salah arah, tidak salah tujuan, tidak mengalami pergaulan buruk.
Di sinilah orang tua hadir dalam proses pengasuhan, membimbing dan mendampingi anak agar tidak salah jalan ketika menentukan pilihan.
***