Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Romansa di Penghujung Senja

1 November 2023   18:19 Diperbarui: 2 November 2023   07:21 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikustrasi Sumber gambar: https://www.istockphoto.com/id

Aku beranjak menemui pelayan kafe,

"Boleh saya meminta sesuatu?" Ia mengangguk dan aku membisikkan permintaan agar ia berkenan membuatkan semangkuk susu. Kutunjukkan padanya, ada tamu kecil di bawah mobil. Sekaligus meminta tolong untuk melayaninya. Pelayan pun tahu maksudku.

Kembali duduk di tempat semula, aku mengamati lagi kucing belang tiga masih meringkuk di sana.

Teringat di masa kecil hingga remaja, aku dan kakak-kakak memelihara kucing-kucing lucu. Mereka menjadi kawan penghibur di segala suasana.

Bertahun-tahun kucing-kucing itu membersamai, hingga akhirnya mereka memilih jalan hidupnya sendiri, pergi dari rumah dan tak kembali. Ada pula yang mati karena menua, ada pula kerabat yang memungut menjadi peliharaan.

Sejak aku memutuskan merantau ke kota ini untuk melanjutkan studi dan kini bekerja, tak pernah lagi sempat untuk memeliharanya lagi. Oh, sepinya tanpa mereka ketika merindu masa-masa dahulu.

Dari balik kaca jendela, kulihat pelayan kafe meletakkan semangkuk susu hangat di sudut tempat. Ia sedikit merunduk, memanggil manis si kucing belang agar mendekat. Aroma susu hangat mengusik indera penciumannya.

Aha! 

Si Belang pun dengan takut-takut mendekati mangkuk itu. Mengendus sekejap, sejurus kemudian lidahnya menari teratur, lincah menyesap susu dengan caranya.

Pemandangan yang manis untuk hatiku sore ini. Aku dan dia menyesap minuman hangat sesuai selera. Derasnya hujan menjadi latar irama suka-suka. Hingga derasnya berkurang dan melantunkan nada-nada tik-tik di setiap tempat, rasa suka cita berbagi bersama si kucing belang masih terus menyelimuti jiwa.

Sebentar lagi malam tiba. Aku beranjak untuk meninggalkan kafe dan berniat membereskan pembayaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun