Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gerimis di Hati Arum

12 Agustus 2023   14:35 Diperbarui: 12 Agustus 2023   16:02 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://www.istockphoto.com

Terngiang nasehat Simbah saat makan malam, agar ia tak membenci Ibu yang telah meninggalkan mereka berdua.

Batinnya menahan amarah dan kecewa yang teramat sangat sejak dokar itu berlalu dihadapannya. Baginya, Ibu sudah tak sayang lagi padanya.

"Mengapa ibu harus pergi? Mengapa ia tak mengajakku turut serta? Mengapa sekian lama Ibu tak pernah muncul menjenguk Simbah dan aku?" Tersendat-sendat pertanyaan itu meluncur dari bibir Arum. Ia tak tahan lagi menahan rindu yang telah membeku bertahun lamanya.

"Ibumu sedang dan masih terus berjuang di negeri orang demi kita, Nduk. Perginya juga atas restu Simbah. Dengan merantau ke negeri orang, melakukan pekerjaan yang layak dan mampu dikerjakan sesuai ketrampilan yang dimiliki, hasil jerih payahnya tak pernah luput disisihkan untuk kita. Kamu bisa terus bersekolah, kita berdua bisa makan, dan Simbah punya tambahan modal untuk berjualan meski warung kita sederhana saja, Nduk. Yang penting halal. Hasilnya sebagian Simbah tabung untuk keperluanmu kelak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Kamu 'kan tidak tahu, seperti apa dan bagaimana perjuangan Ibu dan doa yang terpanjat untukmu."

"Memangnya Ibu tak bisa bekerja di sini saja, Mbah? Agar selalu bersama, seperti kawan-kawanku lainnya." Simbah hanya berdehem saja. Ini bukanlah rengekan pertama. Sudah beribu kali terlontar, dirinya tidak ingin lagi berdebat dengan cucu kesayangannya itu.

Arum tetap tidak mengerti. Dirinya hanya punya satu keinginan, Ibu ada selalu dekat dengannya. Remaja itu menghabiskan makan malam dengan membisu.


***

Hingga tiba pada hari yang tiada diduga.

Tepat pada Upacara Hari Kemerdekaan di sekolah, Arum terpilih sebagai siswa teladan se-Kabupaten sebagaimana diumumkan oleh Kepala Sekolah. Riuh tepuk tangan dan siulan mengiringi langkahnya maju ke tengah lapangan, menerima piala dan sertifikat atas prestasinya. Arum terharu. Berkat bimbingan para guru dan dukungan sahabatnya, dirinya berhasil meraih penghargaan.

Dalam perjalanan pulang, senyum lebar ia sematkan, bersiap berbagi kegembiraan kepada Simbah. Hadiah berbalut sampul cokelat dari sekolah, akan ia buka dihadapan nenek yang disayanginya.

Memasuki halaman rumah, Arum terhenyak. Jantungnya berdegup kencang. Pintu rumah terbuka lebar dan sekira tiga-empat orang tetangga terlihat berkumpul di ruang tamu. Ada apa dengan Simbah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun