Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku, Kamu, Sebut Saja Ini Sebuah Perjalanan

16 Maret 2023   07:54 Diperbarui: 16 Maret 2023   07:58 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tak sabar lagi menemuimu di tempat kita sering menghabiskan malam. Suara tawamu yang lepas, dan cubitan mesra yang selalu mampir di lenganku. Dulu.

Cafe Romansa tetap menyimpan kenangan. Bangunannya tak berubah, hanya warna cat yang lebih lembut dan segar mengikuti  tren.      
Dan kini aku sudah di depan cafe.           Melewati pintu kayu berornamen kaca tembus pandang. Mataku langsung tertuju pada meja dan kursi, tempat favorit kita dulu. 

Kau! Di sana, telah menungguku!
 

"Siska, sudah lama di sini?" sapaku terasa grogi, benar-benar gugup.

"Sekitar dua belas menitan saja kok," sambil berdiri menangkup tangan di dadanya, Siska menyambut dengan sekulum senyum.

"Apa kabar, Mas?" Pertanyaan dengan suara lembut itu tak pernah berubah sejak aku mengenalnya, dulu.

"Alhamdulillaah, baik," jawabku bersamaan dengan  duduk berhadapan.

"Silakan, mau pesan apa? Aku sudah." Gadis itu menyodorkan buku menu. Aku hanya bisa berdehem dan mengusir rasa kikuk dengan mencoba memilih apa yang ingin kucicipi malam ini.
 
"Sebesar apa nyalimu untuk menemuiku, Mas? Ternyata, kau membuktikannya padaku untuk datang ke tempat ini." Duh, Siska mulai membuka percakapan tanpa basi-basi lagi.

"Aku, aku minta maaf atas kesalahanku. Membuatmu menunggu tanpa kepastian selama tiga tahun terakhir ini. Sulit bagiku menceritakannya padamu," Mataku tertuju tajam, memandangi parasnya yang masih tetap ayu.

"Sulit? Sesulit apa?" Terasa datar pertanyaan itu telontar dari bibirnya.

Aku hanya menghela napas, menyandarkan punggung, memainkan jemariku.

"Maafkan aku, Sayang." Kata itu yang bisa terucap dari bibirku dengan perasaan bersalah. Berbarengan dengan tertahannya semburan tawa kecil dari gadis dihadapanku itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun