"Ide muncul setelah hisap- sebul -hisap -sebul yang ke berapa, tuh?" Emoticon tertawa miring saya sematkan pada pertanyaan itu.
"Satu batang, satu paragraf."
Kami berdua berbarengan nge-post ikon tawa berguling.Â
"Nggak, Mbak. Biasanya kalau sudah nulis, sudah lupa semua. Udah ngalir kayak kerasukan aja, gitu. Nggak ada ritual khusus, sih. Benarnya kalau mau lebih elegan, aku duduk diam bengong. Atau jalan mutar-mutar dalam rumah, kayak di film kartun, gitu. Sampai tanahnya tergali sendiri."
Kembali ikon tertawa terpingkal tersemat.
"Pake ngisap cerutu." Saya berkomentar.
"Naah, tangan di belakang." Timpalnya.
Ternyata, beneran unik ya ritual para kompasianer sebelum menulis. Yang jawab canda, saya tertawa senang. Yang jawab serius, saya manggut-manggut setuju.
Bisa jadi, ritual sebelum menulis berubah di tahun depan. Cari model dan gaya yang lebih membuat semangat menuangkan ide yang cespleng dan artikel yang memikat AU, gitu.
Bagaimana dengan Anda, Kompasianer dan pembaca lainnya? Ritual apa yang Anda lakukan sebelum menulis? Silakan bubuhkan di kolom komentar, ya!
Selamat menyambut Tahun Baru 2023!
Selalu sehat dan senantiasa bahagia, OK?
***
Artikel 145 - 2022
#Tulisanke-445
#ArtikelHobby
#RitualSebelumMenulis
#NulisdiKompasiana