Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Mandau dan Sarung Tenun Samarinda

25 Desember 2022   13:01 Diperbarui: 25 Desember 2022   16:06 1448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Maneken berpakaian Adat Dayak dengan modifikasi (Bidik kamera Koleksi Museum Samarinda - Dok.Pri)

Pembaca yang budiman, sebagaimana yang kita sadari dan pahami bersama, bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan budaya. Masing-masing memiliki keunikan dan filosofi dari setiap kesenian yang mereka miliki. 

Pembaca tentu memiliki pengalaman tersendiri menyaksikan keunikan tersebut melalui referensi bacaan, film dokumenter, berkunjung ke tempat wisata daerah budaya. Sehingga tampaklah bahwa betapa ragam budaya ini menjadi kekayaan nusantara yang kita cintai.

Seperti rumah adat, pakaian, ritual atau upacara perhelatan, senjata tradisional, tarian, hiasan bangunan dan corak atau motif pada kain khas dan lain sebagainya.

Bahkan kini negara kita telah memiliki 38 provinsi yang terus berkembang dan membawa corak khas masing-masing, meski masih membawa adat asli dari suku asal terbesarnya.

Begitu pula dengan Pulau Kalimantan yang merupakan pulau terbesar kedua di negeri kita setelah Pulau Irian. Pulau Kalimantan dengan berbagai suku yang menempati wilayah ini seperti Dayak, Kutai, Banjar, Melayu, Paser bahkan Bugis dan Jawa pun ada.

Nah, saat saya berkunjung ke Museum Samarinda beberapa hari lalu, saya tertarik menyaksikan koleksi senjata tradisional Mandau dan Sarung Tenun Samarinda yang turut dipamerkan dalam museum ini.

***

Mandau, senjata tradisional Suku Dayak (Bidik kamera Koleksi Museum Samarinda - Dok.Pri).
Mandau, senjata tradisional Suku Dayak (Bidik kamera Koleksi Museum Samarinda - Dok.Pri).

Hampir seluruh masyarakat Dayak di Pulau Kalimantan memiliki kesamaan corak kesenian dan kebudayaan. Salah satunya adalah alat perang berupa senjata tradisional parang atau Mandau. 

Mandau adalah salah satu senjata tradisional Kalimantan seperti halnya di Pulau Madura dikenal dengan senjata genggam celurit, di Provinsj Jawa Barat ada Kujang, di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah istinewa Yogyakarta ada Keris dan lain sebagainya. 

Sebagaimana senjata tradisional daerah lainnya, Mandau juga ada yang dibuat sebagai alat kebutuhan sehari-hari dan ada pula yang dibuat khusus untuk kegiatan yang bersifat ritual atau alat upacara tradisi maupun tari tarian. Pada perkembangan sekarang ini, Mandau juga menjadi hiasan atau cinderamata.

Berdasaekan yang saya baca dari laman Wikipedia, Mando atau Mandau berasal dari bahasa Dayak Kalimantan Tengah, yaitu asal kata "Man" yaitu singkatan dari kata "kuman" yang berarti "makan" dan dibentuk dari kata "do" yaitu singkatan dari kata "dohong",  yakni pisau belati khas Kalimantan Tengah.

 Jadi secara harafiah Mando berarti "makan Dohong", maksudnya adalah karena sejak senjata mando menjadi populer di Kalimantan Tengah, dohong yang merupakan senjata pisau terawal milik Dayak Ngaju Kaltengteng menjadi kalah populer atau tergerus kalah oleh mando. Kekalahan populer dohong tersebut menyebabkan sebutan untuk jenis parang yang mengalahinya kemudian disebut "mando".

Pada bidik kamera koleksi Museum Samarinda yang saya unggah tersebut diatas, ada 8 Mandau yang dipamerkan. Berikut ini urutan penjelasannya dari parang teratas hingga terbawah.

1 dan 8 Mandau Dayak Kenyah.

Memiliki fungsi sebagai senjata perang. Namun seiring zaman semenjak perang antarsuku tidak ada lagi, maka alat ini digunakan sebagai pembuka lahan atau merintis kebun. Mandau juga dipakai sebagai tanda perdamaian secara adat bagi Suku Dayak.

Gagang (Hulu Mandau) terbuat dari kayu yang dilapisi oleh tanduk rusa dan diukir menyerupai kepala burung. Kumpang Bilah Mandau (sarung mandau) pun terbuat dari tanduk rusa yang diukir.

Pada Mandau terbawah (no.8) di foto tersebut diukir dengan motif Naga.

2, 5 dan 6 Mandau Dayak Benuaq

Selain untuk berkebun, mandau ini digunakan untuk acara pernikahan adat dan pemberian nama bayi yang baru lahir.

Hulu Mandau dan Kumpang Bilahnya terbuat sama seperti Mandau Dayak Kenyah.

Ciri khas lainnya, mandau ini memiliki kantong serut yang terbuat dari kulit kayu yang ditempel pada kumpang mandau.

3. Mandau Dayak Modang

Mandau ini digunakan sebagai bagian dari ritual dan adat pernikahan, dengan bahan dan pembuatan yang sama dengan mandau lainnya pada bagian gagang dan kumpangnya.

4. Mandau Dayak Tunjung

Selain untuk berkebun, mandau in juga digunakan dalam ritual  pernikahan adat dan untuk pemberian nama kelahiran bayi, sama seperti Mandau Dayak Benuaq. Begitu pula bahan pembuatan gagang dan kumpang beserta kantong serutnya.

7. Mandau Dayak Bahau

Mandau ini digunakan sebagai simbol pelindung bagi anggota baru dalam bagian rumah tangga adat.

Hulu Mandau terbuat dari kayu yang dilapisi oleh manik-manik yang dibentuk menyerupai kepala burung. Sedangkan Kumpang Bilah Mandau terbuat dari kayu yang dilapisi manik-manik bermotif cumi khas Kalimantan.

***

Alat Tenun Bukan Mesin (Bidik Kamera Koleksi Museum Samarinda - Fok.Pri)
Alat Tenun Bukan Mesin (Bidik Kamera Koleksi Museum Samarinda - Fok.Pri)

Sarung Samarinda atau Tajong Samarinda merupakan hasil kerajinan tenun tradisional yang di buat oleh sebagian masyarakat Kota Tepian Mahakam khususnya dari Etnis Bugis Cara membuatnya dengan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang disebut dengan gedokan.

Kerajinan tenun Sarung Samarinda pada mulanya dibawa oleh pendatang dari Etnis Bugis yang berdiam di kawasan tanah rendah (sekarang bernama Samarinda Sebrang - karena Kota Samarinda terbelah oleh Sungai Mahakam) pada sekitar tahun 1668. 

Kolase foto Sarung Tenun Samarinda (Koleksi Museum Samarinda - Dok.Pri)
Kolase foto Sarung Tenun Samarinda (Koleksi Museum Samarinda - Dok.Pri)

Mereka mengembangkan motif tenun menjadi corak tenun Sarung Samarinda. Alat tenun tradisional yanhdigunakan terbuat dari kayu tanpa mesin. Seluruh proses menenun di kerjakan oleh tenaga manusia, mulai dari memilih dan mewarnai benang, menenun, sampai mencuci sarung hasil tenunan. 

Secara unum peralatan tenun Sarung Samarinda terdiri atas 4 bagian, yaitu alat pemintal (unuseng), alat penyusun corak (saureng), alat memasukan benang (apparising), dan tempat penggulung benang (pamalu).

Saya makin tertarik untuk kelak bisa melihat langsung cara pembuatannya di tempat kerajinan sarung ini.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda.

Salam sehat dan selalu bahagia!

***

Sumber referensi: Koleksi Museum Samarinda

Artikel 143 - 2022

#tulisanke-443
#ArtikelSeni
#Mandau
#SarungTenunSamarinda
#NulisdiKompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun