Berdasaekan yang saya baca dari laman Wikipedia, Mando atau Mandau berasal dari bahasa Dayak Kalimantan Tengah, yaitu asal kata "Man" yaitu singkatan dari kata "kuman" yang berarti "makan" dan dibentuk dari kata "do" yaitu singkatan dari kata "dohong", yakni pisau belati khas Kalimantan Tengah.
 Jadi secara harafiah Mando berarti "makan Dohong", maksudnya adalah karena sejak senjata mando menjadi populer di Kalimantan Tengah, dohong yang merupakan senjata pisau terawal milik Dayak Ngaju Kaltengteng menjadi kalah populer atau tergerus kalah oleh mando. Kekalahan populer dohong tersebut menyebabkan sebutan untuk jenis parang yang mengalahinya kemudian disebut "mando".
Pada bidik kamera koleksi Museum Samarinda yang saya unggah tersebut diatas, ada 8 Mandau yang dipamerkan. Berikut ini urutan penjelasannya dari parang teratas hingga terbawah.
1 dan 8 Mandau Dayak Kenyah.
Memiliki fungsi sebagai senjata perang. Namun seiring zaman semenjak perang antarsuku tidak ada lagi, maka alat ini digunakan sebagai pembuka lahan atau merintis kebun. Mandau juga dipakai sebagai tanda perdamaian secara adat bagi Suku Dayak.
Gagang (Hulu Mandau) terbuat dari kayu yang dilapisi oleh tanduk rusa dan diukir menyerupai kepala burung. Kumpang Bilah Mandau (sarung mandau) pun terbuat dari tanduk rusa yang diukir.
Pada Mandau terbawah (no.8) di foto tersebut diukir dengan motif Naga.
2, 5 dan 6 Mandau Dayak Benuaq
Selain untuk berkebun, mandau ini digunakan untuk acara pernikahan adat dan pemberian nama bayi yang baru lahir.
Hulu Mandau dan Kumpang Bilahnya terbuat sama seperti Mandau Dayak Kenyah.
Ciri khas lainnya, mandau ini memiliki kantong serut yang terbuat dari kulit kayu yang ditempel pada kumpang mandau.