Ada pula ditampilkan alat musik tradisional Dayak, yaitu Sape atau Sampe, mirip seperti gitar dan cara memainkannya dengan dipetik. Alat ini sering digunakan untuk mengiringi acara hajatan masyarakat Dayak.
Sape terbuat dari kayu Adau yang banyak terdapat di Kalimantan. Serta menampilkan corak ukiran khas Suku Dayak. Ukiran tersebut sangat dominan dan memenuhi permukaan alat musik yang memiliki panjang sekitar 1 meter itu.
Saya pun takjub dengan adanya prasasti yang dipajang di akhir ruangan museum yaitu Prasasti Muara Kaman.Â
Terdiri dari 8 baris tulisan yang dipahat pada sisi depan. Prasasti tersebut memiliki ukuran tinggi 152cm lebar 35cm dan tebal 35,5cm; sedangkan ukuran hurufnya yaitu panjang 8,5-2,4cm dan lebar 3,3-2 cm.Â
Hanya saja terdapat bercak putih pada baris ke-6 hingga ke-7, juga pada bagian belakang prasasti. Meski demikian aksara masih terbaca.
Museum Samarinda juga menyediakan koleksi digital melalui komputer dengan layar besar, lengkap dengan video dan foto-foto yang bisa dilihat sesuai folder yang diinginkan dengan layar sentuh.
Hari itu Museum Samarinda menerima kunjungan umum maupun rombongan siswa maupun mahasiswa dari dalam maupun luar kota. Bahkan beberapa di antara mereka membuat konten untuk memperkenalkan museum ini.
Selamat menikmati liburan akhir pekan dan liburan akhir tahun bersama keluarga dan komunitas!
Salam sehat dan selalu bahagia!