Alhamdulillah, ada Mas Theo - Kurator Museum yang mendampingi kami melihat-lihat koleksi yang dipajang rapi di lemari dan kotak kaca.
Menurut penjelasan beliau, koleksi Museum Samarinda belum terlalu banyak layaknya museum pada umumnya, karena masih terus mengumpulkan dan meng-update data dan koleksi yang berhubungan dengan Sejarah Kota Samarinda.
***
Koleksi pertama yang menarik perhatian saya adalah sejarah singkat Kota Samarinda yang terpampang pada lemari kaca cukup besar. Sembari membaca caption pada foto-foto pendukung, saya juga menyimak penjelasan Mas Theo.Â
Dalam sejarah singkat tersebut, menceritakan pula asal muasal nama Samarinda yang berarti sama rendah, tidak ada perbedaan derajat antara bangsawan dan rakyat biasa dalam bermukim di wilayah sekitar perairan Sungai Mahakam.Â
Memang terdapat beberapa versi tentang sebutan nama kota ini, seperti "sama rendah" yang bermakna tatanan kemasyarakatan yang egaliter, "samarindo", "samar indah" dan karena wilayah daratannya lebih rendah dari Sungai Mahakam. Hingga akhirnya terbiasa dengan menyebutnya Samarinda.Â
Lebih lengkapnya, pembaca bisa juga menyimaknya melalui Asal-Usul Nama Samarinda.
Selanjutnya saya juga melihat koleksi foto-foto bersejarah dengan adanya kunjungan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama di kota ini. Namun Mas Theo belum menjelaskan detail tentang tanggal, bulan dan tahun serta dalam rangka kunjungan apa, karena masih terus melakukan update data. Sehingga tidak sembarang foto yang ada diberikan keterangan lengkap.
Ada koleksi guci, piring dan setrika arang tempo doeloe. Juga hiasan untuk pengantin adat dayak serta tas penggendong bayi.
Pada kolase foto di atas, Guci merupakan salah satu pilihan dekorasi tiap ruang dan sebagian orang menjadikannya sebagai koleksi. Masing-masing guci memiliki corak dan motif yang berbeda serta memiliki tekstur dan komposisi yang unik sehingga membentuk ukiran cerita yang telah menjadi legenda.