Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Romantika Jalan Kaki Pada Masanya

12 Desember 2022   08:47 Diperbarui: 18 Desember 2022   19:17 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1 kelompok terdiri dari 10 anggota, dan kabupaten kami membawa 2 kelompok putri dan 2 kelompok putra.

Kami yang belum tahu sama sekali medan seperti apa yang akan ditenpuh, sudah pasti menurut sajalah dengan arahan kakak pembina.

Berbekal selembar peta dari panitia, kami tempuh perjalanan dan melalui rangkain test di posko-posko yang sudah ditentukan. Saya yang masih lugu, rasa-rasanya lihat dari peta mah deket aja ya, tibak-e ya, Allah, adoh tenan!

Badan dah sempoyongan, kaki dah merasa gempor di tengah agenda. Betapa tidak? Kami berjalan mulai jam 07.00 pagi dari tenda kelurahan per kelompok untuk berkumpul di lapangan utama, lalu bergiliran memulai perjalanan menuju titik-titik posko.

Ada lebih dari sekitar 7 posko kami jalani. Jika sigap dan tangkas menjalani test yang diberikan, maka waktu yang kami gunakan juga semakin singkat.

Tak terasa posko terakhir berhasil kami lalui setelah pukul tiga sore.  Berharap segera selesai dan menuju ke tenda kami masing-masing. Ternyata? 

Astaga! Kami harus melewati halang rintang berupa sungai kecil di sekitar Cibubur yang saat itu arusnya lumayan deras, namun masih bisa dilalui dan dijaga oleh kakak-kakak pembina.

Tibalah saat giliran saya yang sudah ringkih, ngantuk, haus dan lelah, harus menggunakan tali sling pengaman untuk bisa menyeberang dengan aman di tengah derasnya arus sungai.

Antara sadar dan tidak, saya sudah berasa basah kuyub, menyusuri sungai dengan berpegang pada tali pemandu yang membentang agar bisa sampai di tanah seberang. 

Hantaman arus membuat tubuh kecil saya terhuyung. Berusaha kuat menapak di bebatuan. Setapak demi setapak saya lalui, dan akhirnya sampai di tepi dengan tubuh menggigil.

Teman satu kelompok memapah saya. Weladhalaaaah, ternyata sungai itu terletak sekira satu kilometer tak jauh dari tenda kelurahan kami. Selama ini kami menghindari area tersebut, hanya menikmati suara genericiknya saja. Khawatir kecebur atau terpeleset.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun