Saking gempornya, saya langsung tergeletak tertidur di tikar tenda. Hanya berduaan dengan teman satu kelompok, saya minta izin dibantu berganti baju, lalu dioles minyak kayu putih, tertidur pulas hingga jelang maghrib.Â
Jalan kaki terheboh yang saya jalani. Asli, encok, pegel, linu, komplit dah!
***
Kembali menyusuri jalanan kampung bersama suami, berolahraga sejenak menikmati udara pagi dan suasananya. Bergandengan tangan dan sesekali ngobrol ringan dengannya, meningkatkan rasa romantis di hati saya.
Rasa nyaman, aman, disayang dan perasaan bungah lainnya bila jalan kaki bergandengan tangan dengan yang tercinta. Mak nyes, semripit aliran darah kemesraan, haha!
Kalau dulu jalan kaki bareng Bapak atau Ibu untuk ke Pasar atau tilik (menjenguk) lori tebu di pabrik gula, lalu pulangnya bawa sebungkus nasi rames atau jajanan pasar.Â
Bersapa dengan tetangga atau buruh pabrik yang lewat bersepeda, atau dengan satpam penjaga, dan para penjual di Pasar yang kenal dengan keluarga kami.
Kini bersama suami, jalan kaki menyusuri wilayah perumahan bersapa dengan tetangga, penjual Pencel Karindangan yang ramah melayani kami dan membawa pulang beberapa porsi, atau ngobrol sejenak dengan Pak RT yang selalu bersapa setiap kami melewati rumah beliau.Â
Kadang ngobrol sejenak berkabar keadaan lingkungan, baik tentang keadaan warga, progres pembangunan masjid, dan lainnya.