1 kelompok terdiri dari 10 anggota, dan kabupaten kami membawa 2 kelompok putri dan 2 kelompok putra.
Kami yang belum tahu sama sekali medan seperti apa yang akan ditenpuh, sudah pasti menurut sajalah dengan arahan kakak pembina.
Berbekal selembar peta dari panitia, kami tempuh perjalanan dan melalui rangkain test di posko-posko yang sudah ditentukan. Saya yang masih lugu, rasa-rasanya lihat dari peta mah deket aja ya, tibak-e ya, Allah, adoh tenan!
Badan dah sempoyongan, kaki dah merasa gempor di tengah agenda. Betapa tidak? Kami berjalan mulai jam 07.00 pagi dari tenda kelurahan per kelompok untuk berkumpul di lapangan utama, lalu bergiliran memulai perjalanan menuju titik-titik posko.
Ada lebih dari sekitar 7 posko kami jalani. Jika sigap dan tangkas menjalani test yang diberikan, maka waktu yang kami gunakan juga semakin singkat.
Tak terasa posko terakhir berhasil kami lalui setelah pukul tiga sore. Â Berharap segera selesai dan menuju ke tenda kami masing-masing. Ternyata?Â
Astaga! Kami harus melewati halang rintang berupa sungai kecil di sekitar Cibubur yang saat itu arusnya lumayan deras, namun masih bisa dilalui dan dijaga oleh kakak-kakak pembina.
Tibalah saat giliran saya yang sudah ringkih, ngantuk, haus dan lelah, harus menggunakan tali sling pengaman untuk bisa menyeberang dengan aman di tengah derasnya arus sungai.
Antara sadar dan tidak, saya sudah berasa basah kuyub, menyusuri sungai dengan berpegang pada tali pemandu yang membentang agar bisa sampai di tanah seberang.Â
Hantaman arus membuat tubuh kecil saya terhuyung. Berusaha kuat menapak di bebatuan. Setapak demi setapak saya lalui, dan akhirnya sampai di tepi dengan tubuh menggigil.
Teman satu kelompok memapah saya. Weladhalaaaah, ternyata sungai itu terletak sekira satu kilometer tak jauh dari tenda kelurahan kami. Selama ini kami menghindari area tersebut, hanya menikmati suara genericiknya saja. Khawatir kecebur atau terpeleset.