Dengan adanya PR, siswa belajar bertanggung jawab dengan mengatur jadwal pribadinya diantara kegiatan wajib sebagai pelajar dan sebagai pribadi yang juga memiliki kegiatan di luar sekolah.
Bisa jadi PR yang harus dikerjakan tak hanya satu mapel. Ada beberapa mapel yang harus dituntaskan dengan batas waktu pengumpulan yang berbeda.
Disinilah anak belajar bertanggung jawab menggunakan waktu sebaik-baiknya agar bisa menyelesaikan PR dan tugas lainnya sebagai anak di rumah dan waktu bemain.
Kelima, belajar untuk lebih menguasai materi pelajaran
Saling berbagi pengetahuan dan ketrampilan memecahkan masalah atas soal-soal yang diberikan oleh guru melalui PR, memberikan bekal kepada siswa agar lebih menguasai materi pelajaran.
Diskusi yang muncul tak hanya membahas satu materi, bisa jadi berkaitan dengan bahan pelajaran sebelumnya yang pernah diajarkan di ruang kelas.
Bahkan referensi yang diperoleh sebagai sumber rujukan, bisa dijadikan pengetahuan baru untuk anggota kelompok belajar. Apalagi masing-masing anak memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap informasi dan menjelaskan ulang apa yang sudah dipelajari.
Kita sebagai orang tua pun tak perlu alergi dengan adanya PR bagi anak. Bila memang ada waktu, bisa mendampingi, dan menguasai materi mata pelajaran, kita bisa membantu mendampingi dan membimbing dalam proses mengerjakannya.
Pula bila dibutuhkan guru les di rumah untuk anak atau kelompok belajarnya, itu juga bentuk dukungan orang tua agar anak pun nyaman dan ringan mengerjakan tugas.
Begitu pula dengan putri saya. Jelang menghadapi ujian semester pertama, ada kawannya yang ikut belajar bersama dengan bimbingan guru les yang memang saya datangkan ke rumah untuk mapel tertentu.
Jadi, sebaiknya tetap berpikir positif dengan hadirnya PR, beban berat terasa ringan dengan dipikul bersama melalui diskusi kelompok belajar yang bisa dilakukan secara daring atau luring.