Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sukacita Hidup Bertetangga, Meski Sudah Pindah Tetap Ngagenin

18 Oktober 2022   10:39 Diperbarui: 19 Oktober 2022   01:05 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bersama keluarga besar, bertemu tetangga setelah taksua selama hampir 25 tahun (Dok.Pri. Desy Ambar Fatty)

Tetangga adalah saudara terdekat kita. Rasulullaah SAW sebagai panutan kami mengajarkan hal demikian, agar kita memuliakan tetangga. Karena mereka adalah orang terdekat bersebelahan rumah. 

Mereka bakal menjadi orang-orang pertama saat membantu dan saling membahu di kala ada kesulitan, kesusahan, bahkan kegembiraan saat bergotong royong merayakan kegiatan di lingkungan masyarakat.

Sejak kanak, keluarga saya mengajarkan tentang adab bertetangga. Baik ayah. Ibu dan kakak, mengajarkan dalam bentuk praktek tentang adab ini.

Misalkan adab berkunjung, kita datang pada jam pagi atau sore di akhir pekan dengan membawa buah tangan. Bukan di jam siang saat biasanya para tetangga beristirahat, tidur siang, atau bercengkeama dengan keluarga masing-masing.

Kadang-kadang ibu membawakan buah tangan berupa kue atau masakan hasil racikan sendiri. Ibu saya memang terkenal dengan masakannya. Tetangga di perumahan dinas pabrik gula maupun rumah kampung saat kami tak lagi tinggal di rumah dinas, gemar melakukan pesanan kue kering atau kue basah pada keluarga kami.

Itulah sebabnya saya pun hafal tetangga-tetangga dari ujung ke ujung komplek perumahan, maupun kawan ibu lainnya di kampung sebelah. Dengan bersepeda, saya mengantar pesanan mereka. Perjuangan hidup untuk nambah biaya sekolah.

Saat musibah datang, seperti ketika ayah berpulang ke rahmatullah di masa dinas, para tetanggalah yang menolong keluarga kami mengurus prosesnya. Mulai dari pemulasan jenasah, penjemputan keluarga ayah saya dari luar kota, mengatur urusan mobil pengantaran jenazah dan penguburan di luar kota, hingga urusan lainnya yang tak sempat ditangani oleh keluarga kami sendiri. Mereka lah ujung tombak dalam membantu kami mengurus segaa sesuatunya.

Bahkan saat kepindahan kami dari rumah dinas ke rumah kampung dekat komplek perumahan, mereka tak segan mengulurkan tangan untuk membantu keluarga kami.

Baca juga: Semarakkan HUT RI ke-77, Inilah 4 Manfaat Acara Senam Pagi dan Jalan Sehat bersama Warga

***

Semenjak usia sekolah dasar, saya memperhatikan dan mengamati aktivitas ibu dan para tetangga dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Mengenal tentang Rukun Tetangga dan Rukun Warga melalui buku pendidikan di sekolah, lalu mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan tempat tinggal.

Pak RT yang baik dan ramah menyapa warga serta bijak memimpinnya. Pak Sekretaris RT yang notabene juga guru sekolah saya. Mereka menjadi contoh panutan warga.

Saat rapat dengan warga, mau seheboh apapun diskusi berjalan, semua menerima keputusan dengan lilo lan legowo, rela dan ikhlas. Toh keputusan tersebut adalah yang terbaik dan tak bisa memuaskan setiap kepala.

Nah, setiap kali ada rapat, pesanan kue hampir selalu tertuju pada Ibu untuk membuatnya. Pun ibu tak membuat sendiri. Terkadang jika jumlah pesanan cukup banyak, para tetangga sukarela membantu ibu mengadon bahan kue dan masakan.

Tak dibayar tak mengapa, membawa pulang kue yang sengaja ibu lebihkan dalam membuatnya, telah menyematkan senyum lebar mereka. Tentu berbeda halnya jika tim para emak yang masak di dapur guna acara hajatan warga. Selain membawa pulang bekal makanan, mereka juga mendapatkan tali asih atas tenaga dan waktu yang diberikan.

Keakraban dan rasa persaudaraan di antara kami dan para tetangga, alhamdulillah terjalin erat dan baik. Meski ibu saya telah pindah rumah ke kota lain, begitu juga kakak dan saya sendiri merantau dan menetap di kota yang baru, silaturahim tetap terjalin.

Terkadang bila ada kesempatan reuni sekolah atau arisan sesama teman, kakak saya hadir bertemu tetangga kami di kampung, mewakili keluarga menyambungkan silaturahim.

Pada suatu kesempatan mudik sejenak Juni tahun ini, saya mampir sejenak bertemu para tetangga yang masih hidup dan adik sepermainan masa remaja. Hampir 25 tahun tidak bertemu, rindu itu tetap ada dan menyatu. Sungguh keharuan yang pecah dengan air mata sukacita.

Saling memperkenalkan pasangan dan anak-masing-masing, bernostalgia tempo dulu, sungguh kenangan yang tak terlupakan. 

Kami yakin dan percaya, silaturahim itu memperluas rezeki dan memperpanjang umur. Tak hanya sekedar hitungan usia, tapi 'umur' atas kebaikan yang senantiasa disebut-sebut mulai dari kakek-nenek, ayah-ibu dan kerabat kita. Sehingga sampai anak-cucu pun menikmati kebaikan dari pendahulunya. Bukankah sebutan dan omongan baik yang dibicarakan adalah doa?


***

Suami dan tetangga saling bantu mempersiapkan area pemasangan tenda pernikahan (Sok.Pri. Siska Artati)
Suami dan tetangga saling bantu mempersiapkan area pemasangan tenda pernikahan (Sok.Pri. Siska Artati)

Hampir 15 tahun lamanya keluarga kami tinggal di komplek perumahan di pinggiran Kota Tepian Mahakam. Tinggal di kota, bukan berarti melupakan kebiasaan warga masyarakat untuk saling bantu dan gotong royong.

Saya sebagai warga masyarakat pun turut serta dalam kegiatan bulanan para emak di lingkungan sekitar melalui kegiatan taklim dan arisan. Tempatnya bergiliran di rumah tetangga yang pas kebagian dapat arisan.

Di sinilah ajang pertemuan bulanan bagi kami warga komplek perumahan. Meski tak semua ikut arisan, namun terbuka bagi para emak untuk hadir melingkar di majelis ilmu

Pertemuan bulanan ini pun menjadi ajang  yang ditunggu, karena kami berbagi kisah, kabar, cerita, seputar keluarga atau kejadian yang marak di perumahan. Soal rumpian, ada saja yang dibahas. Tapi tidak mengarah ke pergunjingan, lho ya. Kami sangat menghindari hal itu.

Saat ada tetangga yang berpindah tempat kontrakan di perumahan kami karena pindah tugas luar kota atau luar pulau, beliau dan keluarga tetap menyempatkan mampir berkunjung ke tetangga di sini saat ada kesempatan berdinas di kota kami.

Demikianlah gambaran keakraban kami dengan para tetangga.

Taklim bulanan, arisan, sekaligus acara syukuran salah satu tetangga (Dok.Pri. Eti Sugiarti)
Taklim bulanan, arisan, sekaligus acara syukuran salah satu tetangga (Dok.Pri. Eti Sugiarti)

Begitu juga para bapak, memiliki kekompakan tersendiri bersama warga lainnya dalam kegiatan kerja bakti dan gotong royong lainnya.

Seperti persiapan pernikahan anak tetangga kami yang insyaaAllah akan di gelar akhir pekan ini. Suami dan tetangga membantu merapikan area tenda yang akan dipasang sebagaimana foto di atas. Bersama-sama memangkas pohon, membersihkan jalanan komplek, untuk memudahkan pemasangannya.

Begitu pula dengan iuran rukun kematian. Warga memiliki kepedulian yang tinggi untuk saling membantu warga lain yang tertimpa kemalangan.

Tinggal di kota bukan berarti melunturkan rasa empati dengan kesibukan masing-masing. Lagi-lagi, tetangga adalah kerabat terdekat. Pula sebagian warga merupakan warga asal perantau. Sehingga keakraban para tetangga seperti layaknya pengganti kerabat yang jauh di pulau seberang.

Soal berbagi makanan atau masakan, jangan ditanya lagi deh. Ada saja sayur dan lauk atau kudapan mampir ke rumah. Kami saling bergantian memberi, sebagai tanda sayang dan cinta kepada tetangga.

InsyaaAllah, dengan terus berbuat baik dengan mereka, maka berjuta kebaikan akan kembali pada kita, aamiin.

Salam sehat dan bahagia selalu, ya!

***

Artikel 123 - 2022

#Tulisanke423
#ArtikelSosbud
#HidupBertetangga
#NulisdiKompasiana

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun