Tetangga adalah saudara terdekat kita. Rasulullaah SAW sebagai panutan kami mengajarkan hal demikian, agar kita memuliakan tetangga. Karena mereka adalah orang terdekat bersebelahan rumah.Â
Mereka bakal menjadi orang-orang pertama saat membantu dan saling membahu di kala ada kesulitan, kesusahan, bahkan kegembiraan saat bergotong royong merayakan kegiatan di lingkungan masyarakat.
Sejak kanak, keluarga saya mengajarkan tentang adab bertetangga. Baik ayah. Ibu dan kakak, mengajarkan dalam bentuk praktek tentang adab ini.
Misalkan adab berkunjung, kita datang pada jam pagi atau sore di akhir pekan dengan membawa buah tangan. Bukan di jam siang saat biasanya para tetangga beristirahat, tidur siang, atau bercengkeama dengan keluarga masing-masing.
Kadang-kadang ibu membawakan buah tangan berupa kue atau masakan hasil racikan sendiri. Ibu saya memang terkenal dengan masakannya. Tetangga di perumahan dinas pabrik gula maupun rumah kampung saat kami tak lagi tinggal di rumah dinas, gemar melakukan pesanan kue kering atau kue basah pada keluarga kami.
Itulah sebabnya saya pun hafal tetangga-tetangga dari ujung ke ujung komplek perumahan, maupun kawan ibu lainnya di kampung sebelah. Dengan bersepeda, saya mengantar pesanan mereka. Perjuangan hidup untuk nambah biaya sekolah.
Saat musibah datang, seperti ketika ayah berpulang ke rahmatullah di masa dinas, para tetanggalah yang menolong keluarga kami mengurus prosesnya. Mulai dari pemulasan jenasah, penjemputan keluarga ayah saya dari luar kota, mengatur urusan mobil pengantaran jenazah dan penguburan di luar kota, hingga urusan lainnya yang tak sempat ditangani oleh keluarga kami sendiri. Mereka lah ujung tombak dalam membantu kami mengurus segaa sesuatunya.
Bahkan saat kepindahan kami dari rumah dinas ke rumah kampung dekat komplek perumahan, mereka tak segan mengulurkan tangan untuk membantu keluarga kami.
Baca juga: Semarakkan HUT RI ke-77, Inilah 4 Manfaat Acara Senam Pagi dan Jalan Sehat bersama Warga
***