Hampir 15 tahun lamanya keluarga kami tinggal di komplek perumahan di pinggiran Kota Tepian Mahakam. Tinggal di kota, bukan berarti melupakan kebiasaan warga masyarakat untuk saling bantu dan gotong royong.
Saya sebagai warga masyarakat pun turut serta dalam kegiatan bulanan para emak di lingkungan sekitar melalui kegiatan taklim dan arisan. Tempatnya bergiliran di rumah tetangga yang pas kebagian dapat arisan.
Di sinilah ajang pertemuan bulanan bagi kami warga komplek perumahan. Meski tak semua ikut arisan, namun terbuka bagi para emak untuk hadir melingkar di majelis ilmu
Pertemuan bulanan ini pun menjadi ajang  yang ditunggu, karena kami berbagi kisah, kabar, cerita, seputar keluarga atau kejadian yang marak di perumahan. Soal rumpian, ada saja yang dibahas. Tapi tidak mengarah ke pergunjingan, lho ya. Kami sangat menghindari hal itu.
Saat ada tetangga yang berpindah tempat kontrakan di perumahan kami karena pindah tugas luar kota atau luar pulau, beliau dan keluarga tetap menyempatkan mampir berkunjung ke tetangga di sini saat ada kesempatan berdinas di kota kami.
Demikianlah gambaran keakraban kami dengan para tetangga.
Begitu juga para bapak, memiliki kekompakan tersendiri bersama warga lainnya dalam kegiatan kerja bakti dan gotong royong lainnya.
Seperti persiapan pernikahan anak tetangga kami yang insyaaAllah akan di gelar akhir pekan ini. Suami dan tetangga membantu merapikan area tenda yang akan dipasang sebagaimana foto di atas. Bersama-sama memangkas pohon, membersihkan jalanan komplek, untuk memudahkan pemasangannya.
Begitu pula dengan iuran rukun kematian. Warga memiliki kepedulian yang tinggi untuk saling membantu warga lain yang tertimpa kemalangan.
Tinggal di kota bukan berarti melunturkan rasa empati dengan kesibukan masing-masing. Lagi-lagi, tetangga adalah kerabat terdekat. Pula sebagian warga merupakan warga asal perantau. Sehingga keakraban para tetangga seperti layaknya pengganti kerabat yang jauh di pulau seberang.