"Lho, kan tadi yang menyerahkan Ananda Siska? Kirain bunda itu dari Ananda." Bunda Rose sedikit kaget.
"Saya hanya mewakili Pak Ali dan teman-teman untuk menyerahkan ke Bunda. Karena tadi kan Pak Ali menyetir mobil rombongan Bunda dan Bapak," saya menjelaskan dengan senyum lebar.
"Waduh, ternyata ada laki-laki selain saya yang memberikan bunga rose untuk kekasih saya, nih. Bisa cemburu saya," sahut Pak Tjipta.
Kami yang mendengar cletukan beliau pun tertawa.Â
"Bunga tersebut memang dari saya, tapi Bu Siska yang memilihkan buket bunga mawar yang masih segar dan hidup itu. Saya meminta bantuan beliau soal bunga," grogi Pak Ali langsung menjawab.
Tawa kami makin riuh. Pak Ali khawatir Pak Tjipta cemburu beneran.
"Untunglah ada laki-laki yang mengaku di depan saya. Kalau tak, bisa beneran cemburu," Pak Tjipta tertawa lebar memandang Bunda Roselona, yang malu-malu membalas dengan menepuk tangan suaminya dengan mesra.Â
Kami pun tergelak dengan humor Pak Tjipta. Saya sampai terbahak dengan ekspresi beliau berdua dan Pak Ali yang malu-malu supaya dapat pembelaan.
Mbak Ayra pun sempat menjelaskan tugas masing-masing kompasianer untuk menyukseskan acara ini kepada beliau berdua.
MasyaAllah, sungguh suasana segar yang kami rasakan. Selama ini, bisa jadi canda tawa hanya sekedar tulisan di kolom komentar artikel Kompasiana. Atau bisa jadi hanya stiker lucu mewakili guyon di grup perpesanan.Â
Hari itu, kami tertawa lepas penuh ceria, tanpa sekat, jarak, ruang dan waktu. Duduk bersama dengan guyup lan gayeng, alias ngumpul bareng dan hepi, berbincang dan menyimak nasehat dan petuah kehidupan dari Pak Tjipta.