Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Buket Bunga Mawar untuk Bunda Roselina dan Pak Tjiptadinata Effendi

30 Agustus 2022   12:42 Diperbarui: 30 Agustus 2022   12:44 1666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis berpose bersama Pak Sigit Eka Pribadi dan Nyonya (Dok.Pri. Siska Artati)

"Lho, kan tadi yang menyerahkan Ananda Siska? Kirain bunda itu dari Ananda." Bunda Rose sedikit kaget.

"Saya hanya mewakili Pak Ali dan teman-teman untuk menyerahkan ke Bunda. Karena tadi kan Pak Ali menyetir mobil rombongan Bunda dan Bapak," saya menjelaskan dengan senyum lebar.

"Waduh, ternyata ada laki-laki selain saya yang memberikan bunga rose untuk kekasih saya, nih. Bisa cemburu saya," sahut Pak Tjipta.

Kami yang mendengar cletukan beliau pun tertawa. 

"Bunga tersebut memang dari saya, tapi Bu Siska yang memilihkan buket bunga mawar yang masih segar dan hidup itu. Saya meminta bantuan beliau soal bunga," grogi Pak Ali langsung menjawab.

Tawa kami makin riuh. Pak Ali khawatir Pak Tjipta cemburu beneran.

"Untunglah ada laki-laki yang mengaku di depan saya. Kalau tak, bisa beneran cemburu," Pak Tjipta tertawa lebar memandang Bunda Roselona, yang malu-malu membalas dengan menepuk tangan suaminya dengan mesra. 

Kami pun tergelak dengan humor Pak Tjipta. Saya sampai terbahak dengan ekspresi beliau berdua dan Pak Ali yang malu-malu supaya dapat pembelaan.

Mbak Ayra pun sempat menjelaskan tugas masing-masing kompasianer untuk menyukseskan acara ini kepada beliau berdua.

MasyaAllah, sungguh suasana segar yang kami rasakan. Selama ini, bisa jadi canda tawa hanya sekedar tulisan di kolom komentar artikel Kompasiana. Atau bisa jadi hanya stiker lucu mewakili guyon di grup perpesanan. 

Hari itu, kami tertawa lepas penuh ceria, tanpa sekat, jarak, ruang dan waktu. Duduk bersama dengan guyup lan gayeng, alias ngumpul bareng dan hepi, berbincang dan menyimak nasehat dan petuah kehidupan dari Pak Tjipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun