Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sepatu Sang Juara

27 Juli 2022   13:32 Diperbarui: 9 Agustus 2022   10:04 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://shopee.co.id/ikspi_masahiro_clooth

Saya yang masih duduk di bangku kelas 3, hanya manggut-manggut saja. Mencerna sebisa dan semampu pikiran bocah, bahwa tim itu harus kompak. Gak boleh iri satu sama lain, pokoknya harus akur. Pelajaran yang saya petik dari sebuah kegiatan yang membutuhkan keharmonisan dalam satu tim.


***

Tak terasa, perlombaan akan segera digelar satu bulan lagi. Kini tak hanya performa gerakan senam saja yang menjadi perhatian sekolah, namun juga kelengkapan atribut yang akan dikenakan. Semua harus siap sedetail mungkin. Mulai dari seragam olahraga, kaos kaki, sepatu dan aksesoris kepala. 

Apakah mau memakai pita sewarna bagi yang berambut panjang dan dikucir atau mengenakan topi dan lain sebagainya. Disinilah muncul masalah bagi saya saat pengecekan kesiapan atribut lomba.

Sepatu!

Duhai sepatu! Saya hanya punya satu untuk urusan sekolah sesuai ketentuan. Berwarna hitam, bersol karet yang lentur, memiliki kancing ceplik layaknya sepatu pantofel. Era itu disebut sepatu Big Boss, bahannya dari beludru atau canvas, yang biasanya digunakan para pemain kungfu atau wushu. Yang model laki laki tinggal pake slip on tanpa tali.

Karena digunakan setiap hari sejak kelas 2, penampakan sepatu saya sudah butut dan pudar Meski sudah dipoles dengan semir hitam, tetap saja tak bisa menutupi keadaannya yang sudah usang. Berbeda dengan milik kawan-kawan yang rerata merupakan sepatu baru yang digunakan memasuki tahun ajaran baru.

Pak Tarmudi dan Pak Soemardi memperhatikan keadaan sepatu saya. Beliau berdua menyarankan agar saya mempersiapkan sepatu terbaik. 

Terbayang wajah Ibu bakal menolak permintaan saya jika meminta beli sepatu baru. Tak mungkin. Saya paham aturan Ibu. Selagi sepatu belum menganga 'mulutnya', berarti sepatu masih bisa dipakai. Kalaupun menganga, masih bisa di lem, tindih pakai kaki meja makan sampai lem kering dan menempel kuat.

"Ngapain harus sepatu baru! Senam itu yang dinilai juri adalah gerakan tahap per tahap sesuai aturannya, kekompakan kelompok dan hentakan sesuai irama dengan harmonis. Bukan sepatunya yang dinilai." Ibu benar-benar tak mengijinkan untuk beli sepatu baru.
Saya sedih, masa sih untuk beli sepatu baru, bapak dan ibu gak punya uang?


***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun